TRIBUNNEWS.COM - Peristiwa El Nino kemungkinan sedang berlangsung, meningkatkan cuaca ekstrem yang diperburuk oleh perubahan iklim.
Dan menurut para ilmuwan, 2019 akan menjadi tahun terpanas dalam sejarah manusia.
Berdasarkan data dari Climate Predicition Center di National Oceanic and Atmospheric Administration, 80% El Nino penuh telah dimulai dan akan berlangsung setidaknya hingga akhir Februari 2019.
Tidak hanya itu, studi yang dipublikasikan pada jurnal Geophysical Research Letters menyatakan bahwa dampak El Nino semakin memburuk di beberapa tahun terakhir akibat perubahan iklim.
Dampaknya pun akan semakin parah apabila suhu Bumi terus meningkat.
"Dengan El Nino, sangat mungkin 2019 menjadi tahun terpanas," ujar Samantha Stevenson, ilmuwan iklim di University of California, Santa Barbara.
Baca: BMKG Keluarkan 3 Peringatan Dini terkait Cuaca di Kalimantan Hari Ini Selasa 18 Desember 2018
Tahun-tahun terpanas di Bumi telah terjadi dalam empat tahun terakhir, yaitu 2015-2018. Dipicu oleh peningkatan emisi karbon dioksida yang memerangkap panas dan telah melebihi rekor.
Iklim Bumi lebih hangat dari rata-rata abad ke-20 selama 406 bulan terakhir. Artinya, tidak ada orang di bawah usia 32 tahun yang pernah mengalami dingin seperti di masa tersebut.
Baca Juga : Penelitian Membuktikan, Ternyata Produk Organik Justru Lebih Merugikan Bumi, Kok Bisa?
"Pemanasan yang meningkat akan memengaruhi kesehatan manusia, serta akses ke makanan dan air tawar."
"Itu juga bisa menyebabkan kepunahan hewan dan tumbuhan, merusak kehidupan terumbu karang dan makhluk laut," kata Elena Manaenkova, Sekretaris Jenderal World Meteorological Organization (WMO).
Bahaya panas
Dunia yang menghangat berarti akan ada kerusakan ekstrem dan cuaca berbahaya seperti gelombang panas, kebakaran, kekeringan, banjir dan badai ganas.
Pada 2018, ada lebih 70 badai tropis di Belahan Bumi Utara. Jumlah ini meningkat dari sebelumnya yang hanya berjumlah 53.