#Semoga Bermanfaat Bunda."
Hingga saat ini, unggahan tersebut telah direspons sebanyak 6.631 kali dan telah dibagikan sebanyak 21.917 kali oleh pengguna Facebook lainnya.
Lantas, apakah ada efek samping dari pencampuran kedua jenis pembersih noda ini?
Akademisi dari Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Chairil Anwar mengatakan bahwa secara garis besar dua bahan itu merupakan detergen yang agak berbeda.
"Dalam garis besar, kalau sabun cuci pakaian disebut detergen anionik dan sabun cuci piring disebut detergen non-ionik," ujar Chairil saat dihubungi Kompas.com, Kamis (5/9/2019).
Menurutnya, jika kedua detergen ini dicampur tidak akan menimbulkan efek samping apapun.
"Kalau keduanya dicampur sebenarnya tidak masalah, tapi kalau lebih bersih mungkin hanya kasus khusus," ujar dia.
Tidak disarankan pencampuran
Sementara itu, Chemical Toxicologist/Peneliti Ahli dari Universitas Indonesia (UI) Dr.rer.nat. Budiawan mengatakan bahwa sabun cuci piring dengan sabun cuci pakaian memiliki perbedaan kandungan/komposisi.
"Umumnya untuk sabun cuci piring tidak menggunakan Sodium Tripoliphosfat (STTP) sebagaimana terdapat dalam komposisi sabun detergen," ujar Budiawan kepada Kompas.com, Kamis (5/9/2019).
Adanya STTP ini membuat pH detergen berkisar 9,5-12.
Oleh karena itu, proses pencucian dilakukan di mesin cuci agar tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Di sisi lain, pada sabun cuci piring memiliki pH sekitar 8-11.
"Ada toleransi kulit manusia, umumnya pada pH 6-8,5. Jadi, pencampuran yang dimaksud sabun cuci piring dengan detergen kurang bermanfaat untuk proses pencucian," ujar Budiawan.
Selain itu, Budiawan menjelaskan bahwa yang perlu diperhatikan adalah komposisi sabun cuci piring yang tidak mengandung Alkil Benzen Sulfonat (ABS).