TRIBUNNEWS.COM - Topan Hagibis menerjang Jepang pada Sabtu (13/10/2019). Setidaknya 4 orang dikabarkan tewas hingga Minggu (13/10/2019).
Badan Meteorologi Jepang mengingatkan bahwa Topan Hagibis kekuatannya sekuat Topan Kanogawa yang melanda Prefektur Shizouka dan wilayah Tokyo pada 1959.
Ketika itu, Topan Kanogawa menewaskan sebanyak lebih dari 1.200 orang.
Sehari menjelang terjadinya Topan Hagibis, langit di Jepang berubah warna menjadi merah muda (pink).
Netizen di media sosial Twitter banyak yang membagikan momen tersebut.
Seorang warga Indonesia di Jepang, Wahyu Cahyo Saputro, juga membenarkan adanya langit berwarna pink di Jepang.
Dikutip Tribunnews.com dari Kompas.com, Sabtu (12/10/2019) pihaknya bercerita sempat melihat kondisi langit yang berwarna merah muda tersebut.
Wahyu yang saat itu berada di kantornya di Prefektur Hiroshima sempat menyaksikan fenomena alam tersebut meskipun hanya sebentar.
Terkait fenomena langit ini, Marufin Sudibyo, astronom amatir Indonesia, mengatakan fenomena tersebut memang memiliki kemungkinan berkaitan dengan bencana.
Tetapi, ia meyakini penyebabnya bukan karena Topan Hagibis.
Ia menilai, fenomena tersebut berkaitan dengan letusan Gunung Raikoke dekat Semenanjung Kamchatka Rusia Juni lalu.
Warna yang terbentuk menurutnya disebabkan oleh hamburan sinar matahari oleh partikel-partikel erosol asam sulfat.
Saat Topan Hagibis mendarat di Semenanjung Prefektur Shizouka, curah hujan tinggi disertai angin kencang serta banjir besar melanda daerah-daerah dari pusat hingga Jepang Utara.
Melansir dari Japan Times, setidaknya dua orang tewas, sembilan hilang, dan 86 lainnya terluka di 27 prefektur.