Meti mengatakan, uji klinis terhadap potensi enoki untuk terapi antidiabetes masih sangat terbatas.
Meskipun demikian, studi yang sudah ada menunjukkan terdeteksinya senyaawa aktif GABA pada jamur enoki.
GABA sendiri diketahui memiliki pengaruh dan sedang dikembangkan untuk terapi diabetes.
"Selain itu juga dilaporkan bahwa pemberian jamur enoki dengan kandungan GABA 0,9 mg/kg menurunkan tekanan sistolik darah mencapai 30 mmHg," katanya.
Penelitian lain melaporkan adanya efek renoprotektif diabetik dan antioksidan dari residu polisakarida jamur enoki.
Penelitian menggunakan tikus yang diinduksi Streptozotocin (STZ) untuk memunculkan kondisi diabetes.
Sedangkan hasilnya, dari ekstrak jamur enoki terdapat tiga senyawa residu polisakarida yaitu Ac-RPS, Al-RPS dan En-RPS .
"En-RPS memiliki efek potensial dalam menurunkan kadar kreainin, albumin dan kadar glukosa darah tikus diinduksi STZ secara signifikan."
"En-RPS meningkatkan aktivitas SOD ren, CAT dan GSH-Px, mengurangi kandungan MDA ren dan mengurangi keruskan ginjal (secara histologis)."
"Hasil ini menunjukkan bahwa En-RPS yang diekstraksi dari jamur enoki selain memiliki aktivitas antioksidan yang kuat, juga dapat digunakan sebagai agen terapi yang menjanjikan untuk menghambat perkembangan nefropati diabetik," urai Meti.
Baca: 6 Daftar Makanan Rawan Tertempel Bakteri Listeria: Jamur Enoki, Ikan Asap, Melon hingga Susu Mentah
Ia menambahkan efektivitas terapi antidiabetes menggunakan jamur enoki sejauh ini masih sangat terbatas.
Meskipun demikian Alumnus S3 Biologi UGM ini tetap memberikan catatan penting potensi jamur enoki sebagai antidiabetes sangat besar.
"Diantaranya karena kandungan GABA dalam jamur enoki," tegasnya.
Tidak lupa Meti dalam diskusinya bersama jurnalis Tribunnews secara virtual lewat aplikasi Zoom juga memberikan saran kepada pemerintah maupun berbagai lembaga penelitian yang ada.