TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Perkembangan pesat algoritma dan robot diproyeksikan memiliki dampak seismik pada produksi barang dan penyediaan layanan di seluruh planet ini.
Banyak ahli khawatir jika 'Revolusi Industri ke-4' ini tidak dikelola secara baik, jutaan orang akan kehilangan pekerjaan mereka tanpa adanya penggantian yang sesuai.
Ekonom di salah satu firma penelitian investasi di London, Inggris, Michael Roberts menjelaskan bahwa kecepatan di mana saat ini teknologi baru sedang dikembangkan dan diimplementasikan, diprediksi akan mengganggu pekerjaan global melalui cara yang tidak terlihat sejak revolusi industri kedua.
Baca juga: Strategi Industri Perhotelan untuk Bertahan di Tengah Pandemi
"Robot saat ini berkembang pesat. Perkiraan ekspansi robot di tahun 2020 memprediksi pertumbuhan eksponensial," ujar Roberts.
Dikutip dari laman Sputnik News, Rabu (28/10/2020), jumlah robot industri disebut telah meningkat tiga kali lipat selama dekade terakhir.
Jumlahnya lebih dari satu juta unit operasi pada tahun 2010 menjadi 3,5 juta unit yang diproyeksikan pada tahun 2020.
Ia kemudian menyampaikan, beberapa survei kategori pekerjaan menunjukkan bahwa 40 hingga 50 persen dari pekerjaan yang ada saat ini, dapat digantikan oleh algoritma atau robot dalam dua dekade mendatang.
Baca juga: Kemenpora RI Tingkatkan Penguasaan Teknologi untuk Dukung Wirausaha Muda
"Konsultan manajemen di Mckinsey memperkirakan bahwa otomatisasi dapat menggantikan 53 juta posisi di benua Eropa pada tahun 2030, setara dengan sekitar 20 persen dari tenaga kerja saat ini," jelas Roberts.
Menurutnya, sejarah industrialisasi didasarkan pada penggantian tenaga kerja dengan mesin untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya produksi.
Pengurangan terbesar dalam pekerjaan ini akan menyasar industri ritel, manufaktur dan layanan makanan serta akomodasi.
"Robot juga mampu menggantikan bahkan mengungguli manusia untuk banyak tugas yang lebih terampil, seperti memproduksi komponen khusus dan implan medis menggunakan teknologi pencetakan 3D, mendiagnosis penyakit, dan membantu pengambilan keputusan, misalnya, oleh 'hakim robot'," papar Roberts.
Kendati demikian, ia melihat ada banyak keterampilan manusia yang belum bisa ditiru oleh robot, terutama yang membutuhkan ketangkasan dan kecepatan, atau kontak sensitif dengan manusia.
Robot juga mahal dan tidak bisa bertahan menyaingi tenaga manusia dalam kurun waktu yang lama.
"Sekitar 11 robot itu mewakili satu manusia, ini jumlah yang diperlukan selama masa kerja karyawan," tutur Roberts.