News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Fenomena Astronomis Desember 2021 Pekan Ketiga: Konjungsi Bulan-Pleiades hingga Pollux

Editor: Arif Fajar Nasucha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Berikut fenomena astronomis pekan ketiga Desember 2021 yang dirilis oleh LAPAN, mulai dari Konjungsi Bulan Pleiades hingga Konjungsi Bulan Pollux.

TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini fenomena astronomis pekan ketiga bulan Desember 2021 yang dirilis oleh LAPAN, mulai dari Konjungsi Bulan Pleiades hingga Konjungsi Bulan Pollux.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah merilis kalender astronomi bulan Desember 2021.

Kalender ini menginformasikan fenomena astronomis yang akan terjadi pada bulan Desember 2021 pekan ketiga, yakni tanggal 16-22 Desember 2021.

Baca juga: Fenomena Gunung Es Human Traficking, Modus Mulai Magang Keluar Negeri Hingga Pertukaran Pelajar

Baca juga: Fenomena Awan Merah dan Petir di Atas Gunung Arjuno Welirang, Berikut Penjelasan Koordinator PVMBG

LAPAN juga menginformasikan fenomena astronomis ini melalui akun Instagramnya, @lapan_ri.

Berikut ini Fenomena Astronomis Desember 2021 pekan ketiga yang dikutip dari Edukasi Sains Antariksa LAPAN.

1. Konjungsi Bulan-Pleiades: 16-17 Desember 2021

Konjungsi Bulan Pleiades (Edukasi Sains Lapan)

Bulan berkonjungsi dengan Gugus Pleiades (Messier 44) di konstelasi Taurus pada pukul 04.01.51 WIB/ 05.01.51 WITA/ 06.01.51 WIT dengan sudut pisah 45 derajat.

Fenomena ini dapat disaksikan dari arah timur laut hingga barat laut sejak awal senja bahari (25 menit setelah terbenamnya Matahari) hingg awal fajar bahari (50 menit sebelum Matahari terbit) keesokan harinya.

Gugus Pleiades bermagnitudo +1.20 dan Bulan memasuki fase benjol/ cembung awal dengan iluminasi antara 93,9% - 95.0%.

2. Puncak Hujan Meteor Coma Berenicid: 17 Desember 2021

Puncak Hujan Meteor Coma Berenicid (Edukasi Sains Lapan)

Coma Berenicid adalah hujan meteor minor yang titik radiannya (titik asal kemunculan meteor) berada di dekat bintang Beta Leonis (Denebola/Asarfa) konstelasi Leo yang berbatasan dengan konstelasi Coma Berenices.

Hujan meteor ini bersumber dari sisa debu benda langit yang tidak diketahui dan pertama kali diamati oleh Richard E.McCrosky dan Annette Posen.

Hujan meteor ini dapat disaksikan sejak pukul 00.15 waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari (25 menit sebelum terbenam Matahari) dari arah Timur hingga Timur Laut (untuk pengamat di belahan di utara) atau Utara (untuk pengamatan di belahan selatan).

Intensitas hujan meteor ini untuk Indonesia berkisar 2,6-2,9 meteor/jam (Sabang hingga P.Rote).

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini