Eliminasi kusta menjadi target utama pemerintah, terutama di 6 provinsi yang masih teridentifikasi kasusnya sampai saat ini, seperti Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
Sebagai upaya pencegahan terjadinya kusta atau akibat buruk daripada penyakit yang juga disebut lepra ini, maka pahami penyebab dan gejala-gejala yang harus diwaspadai sebegai pertanda penyakit ini.
Penyebab penyakit kusta
Ribuan tahun menjangkiti manusia, penyebab kusta secara sains baru ditemukan pada 1873. Ternyata, kusta adalah penyakit yang terjadi akibat infeksi dari bakteri atau kuman Mycobacterium leprae.
Bakteri ini ditemukan oleh ilmuwan Norwegia, Gerhard Henrik Armanuer Hansen. Untuk penghormatan untuk dia pula, sekaligus mengeliminasi stigma penggunaan nama lepra atau kusta, penyakit ini belakangan disebut pula dengan nama Morbus Hansen.
Riset terbaru pada 2008, kusta dengan tipe yang berbeda disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium lepromatosis.
Sejumlah deskripsi evolusi bakteri dan jenis kusta yang ditimbulkannya diurai lengkap dalam riset tersebut.
Penyakit kusta pada dasarnya dapat diobati.
Namun, perkembangan penyakit ini sulit diukur secara in vitro. Ini adalah teknik pengembangbiakan kultur jaringan dalam istilah biologi.
Karenanya, masih banyak sisi penyakit kusta masih tidak dipahami, termasuk asal, rute penularan awal, dan waktu untuk penyebarannya.
Tak terkecuali di Indonesia dan kasus penyakit kusta di Indonesia tak lagi sebanyak era 1970-an.
Namun, Data Global Leprosy Update Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2017 menyebut, jumlah kasus baru kusta di Indonesia tertinggi ketiga di dunia (15.910 kasus) setelah India (126.164 kasus) dan Brasil (26.875 kasus).
Sementara, berdasarkan data yang dihimpun Kemenkes per tanggal 24 Januari 2022 mencatat jumlah kasus kusta terdaftar yakni 13.487 kasus dengan penemuan kasus baru sebanyak 7.146 kasus.
Gejala penyakit kusta