Ketua Kelompok Studi Morbus Hansen (Kusta), Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski), Dr dr Sri Linuwih Susetyo Wardhani Menaldi, SpKK(K) yang akrab disapa dr Dini mengatakan, gejala awal kusta tidak selalu tampak jelas.
1. Bercak putih seperti panu
Tanda-tanda awal kusta biasanya berupa bercak putih seperti panu, atau bercak kemerahan yang berukuran sebesar koin hingga selebar telapak tangan dan mati rasa atau kebal.
Kulit pada bercak tersebut kering karena terjadi gangguan berkeringat. Jumlah bercak bisa satu buah, atau sangat banyak.
2. Benjolan
Gejala kusta lainnya yang sering dialami penderita juga berupa benjolan di sekitar wajah seperti jerawat batu, benjolan di telinga, dan bisul yang lama dan banyak.
Ada juga yang mengalami gejala seperti luka bakar dan bekas kulit yang habis dijahit.
"Kusta di kulit ini bisa muncul di manapun di tubuh, muka, tangan, kaku, punggung, dan lain-lainnya. Tapi yang paling sering kami cek adalah bengkak atau benjol di telinga, itu meski ada gejala yang lain, tapi biasanya juga merah dan benjol telinganya (pasien)," tutur Dini dalam pemberitaan Kompas.com edisi 9 Semptember 2019.
3. Mati rasa
Selain itu, ada pula gejala kusta namun tidak tampak di kulit penderita. Sebab, kusta juga bisa menyerang gangguan saraf tepi tubuh penderitanya sehingga menyebabkan beberapa anggota tubuh mengalami mati rasa.
Setelah itu, gejala kusta lainnya diikuti dengan pembengkakan atau benjol pada bagian sarafnya.
4. Kesemutan
Rasa kesemutan terutama pada siku hingga jari-jari tangan atau pada area sekitar punggung kaki, juga menjadi gejala kusta yang dapat muncul jika terjadi peradangan pada saraf tepi lengan (siku) atau tungkai bagian bawah (lutut).
5. Kelumpuhan mirip stroke
Bahkan ada kalanya pasien datang dengan kelumpuhan kaki atau tangan mirip stroke, meskipun penyakit ini tidak berhubungan dengan stroke.
Dini berkata bahwa hal ini karena kuman kusta menyerang saraf di tangan dan kaki yang dapat mengakibatkan kelemahan otot, menyerupai lumpuh, atau sering disebut kaki semper atau tangan kiting.
"Juga ada yang enggak muncul kusta itu di kulit, tapi pas lihat sarafnya itu ada benjolan, atau mati rasa bagaian tubuhnya tangan atau kaki. Tapi banyak dari mereka (penderita) itu mikirnya biasanya aja, toh gak sakit, jadi dibiarkan. Bahkan ada yang sampai mengalami stroke, pasien itu periksa karena stroke katanya, eh ternyata ditelusuri dokternya itu karena kusta," jelas Dini.
6. Komplikasi
Diakui Dini, bakteri atau kuman yang menyebabkan kusta ini tidak menyebabkan kematian seperti bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan tuberkulosis atau TBC.
"Karena gejala yang ada itu biasanya tidak sakit, makanya banyak masyarakat yang menganggap itu tidak jadi masalah besar. Ya selama menurut mereka tidak mengganggu aktivitas mereka saja, kalau sakit nah baru banyak yang periksa," imbuh Dini.
Jika gejala penyakit kusta tersebut tidak segera ditangani dan disembuhkan, maka penderita akan mengalami cacat tubuh yang buruknya bisa permanen.
Terutama jika kusta tersebut memiliki komplikasi terhadap gangguan penyakit yang lain.
"Saya akui itu bakteri (kusta) tidak mematikan kayak bakteri TBC, tetapi kalau sudah parah kustanya dan enggak segera diobati, bukan tidak mungkin selain cacat tubuh (yang) permanen, juga bisa menyebabkan kematian karena bisa jadi ada komplikasi dengan bakteri atau kuman dari penyakit lainnya juga," jelas Dini. (Ellyvon Pranita)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari Kusta Sedunia: Apa Itu Kusta dan Perkembangan Penyakit ini di Indonesia"