Bau badan adalah masalah yang cukup umum dan dialami banyak orang. Ini disebabkan oleh proses bakteri dalam keringat dan bukan karena keringat itu sendiri.
Faktanya, keringat manusia hampir tidak berbau. Bau badan muncul karena adanya bakteri pada kulit yang memecah molekul protein dalam keringat dan menghasilkan bau.
Dilansir Medical News Today, kulit seseorang mengandung kelenjar keringat ekrin dan apokrin.
Kelenjar apokrin berfungsi saat pubertas dan berhubungan dengan folikel rambut di ketiak dan selangkangan.
Kelenjar ini menghasilkan keringat kental yang kaya protein dan awalnya tidak berbau, namun ketika bakteri memecah banyak protein, mereka akan menghasilkan molekul bau dalam konsentrasi yang lebih besar hingga menimbulkan bau badan.
Baca juga: Resep Kolak Pisang Candil, Cocok Jadi Menu Buka Puasa yang Segar dan Enak
Sebaliknya, kelenjar keringat ekrin sebagian besar mengatur suhu tubuh melalui keringat dan tidak terlalu terkait dengan bau badan.
Bau badan paling sering muncul di area kaki, selangkangan, ketiak, alat kelamin, rambut kemaluan, pusar, anus, dan belakang telinga.
Meski akar penyebabnya sering kali adalah kebiasaan kebersihan, bau badan tidak sedap juga bisa menjadi indikasi kondisi yang lebih serius.
Penyebab bau badan Keringat berlebih disebut dengan hiperhidrosis. Dilansir dari Cleveland Clinic, hiperhidrosis terbagi menjadi dua jenis, yakni primer dan sekunder.
1. Primer – Tidak disebabkan kondisi medis lain
a. Keringat berlebih dapat terjadi di satu atau dua area tubuh, seperti telapak tangan, kaki, ketiak, atau dahi, sementara bagian tubuh lainnya tetap kering.
b. Berkeringat biasanya dimulai saat orang tersebut bangun di pagi hari, sedangkan berkeringat sepanjang malam bukanlah hal yang normal.
c. Orang umumnya dalam kondisi sehat, namun mengalami keringat berlebih sejak masa kanak-kanak atau remaja.
2. Sekunder – Ada penyebab yang mendasari keringat berlebih
a. Seluruh tubuh berkeringat atau hanya di satu sisi tubuh
b. Biasanya dimulai saat dewasa
c. Dapat dipicu oleh obat-obatan tertentu, suplemen makanan, kafein, nikotin, konsumsi bawang putih atau makanan berbau lainnya
d. Kondisi medis yang meliputi obesitas, diabetes, tumor, tiroid yang terlalu aktif, gangguan kelenjar hipofisis, konsumsi alkohol berlebih, dan penyakit menular
(Kontributor Sains, Monika Novena/Lulu Lukyani/Bestari Kumala Dewi)