News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Apa itu Mikroplastik? Polutan Mikroplastik Tersebar di Bumi, Ini Bahayanya bagi Manusia

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Apa itu Mikroplastik? Polutan Mikroplastik tersebar di Bumi, ini bahayanya bagi manusia. Selain lingkungan, Mikroplastik juga mencemari darah, jaringan, dan organ manusia.

Dalam studi percontohan yang melibatkan delapan orang dari delapan negara yang berbeda, mikroplastik ditemukan dari sampel tinja setiap peserta.

Para ilmuwan juga telah mendeteksi mikroplastik di jaringan dan organ manusia.

Implikasi dari temuan ini untuk kesehatan manusia tidak pasti.

Bahkan, polusi mikroplastik telah terdeteksi dalam darah manusia untuk pertama kalinya, dengan para ilmuwan menemukan partikel kecil di hampir 80 % orang yang diuji.

Penemuan itu menunjukkan partikel-partikel mikroplastik dapat melakukan perjalanan ke seluruh tubuh dan mungkin bersarang di organ-organ.

Dampaknya terhadap kesehatan masih belum diketahui.

Namun para peneliti khawatir jika mikroplastik dapat menyebabkan kerusakan sel manusia di laboratorium dan menyebabkan jutaan kematian dini setiap tahun.

Baca juga: Hepatitis Akut adalah Peradangan Akut Parenkim Hati, Apa Gejala Hepatitis Akut pada Anak?

Bahaya Botol Plastik

Sejumlah besar sampah plastik dibuang ke lingkungan dan mikroplastik sekarang mencemari seluruh Bumi, hingga ditemukan dalam tinja bayi dan orang dewasa.

Para ilmuwan menganalisis sampel darah dari 22 donor anonim, semua orang dewasa yang sehat dan menemukan 17 partikel plastik.

Separuh sampel mengandung plastik PET, yang biasa digunakan dalam botol minuman, sementara sepertiga mengandung polistirena, yang digunakan untuk mengemas makanan dan produk lainnya.

Seperempat sampel darah mengandung polietilen, dari mana kantong plastik dibuat.

“Studi kami adalah indikasi pertama bahwa kita memiliki partikel polimer dalam darah kita – ini adalah hasil terobosan,” kata Prof Dick Vethaak, ahli ekotoksikologi di Vrije Universiteit Amsterdam di Belanda, dikutip dari The Guardian.

“Tetapi kita harus memperluas penelitian dan meningkatkan ukuran sampel, jumlah polimer yang dinilai, dll,” terangnya.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini