Efek Bulan purnama kemudian menghasilkan gravitasi Bulan yang juga akan menarik daratan.
Baca juga: Banjir Rob Landa Kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Karyawan PT Lamicitra Dievakuasi
Baca juga: Tim SAR Evakuasi Seorang Ibu Hamil dari Kawasan Berikat PT Lamicitra Akibat Banjir Rob
Tetapi, gaya tarik Bulan hanya bisa dilihat menggunakan instrumen atau alat khusus.
Selain daratan, saat Bulan purnama terjadi, gravitasi Bulan juga menarik air laut.
Karena sifatnya yang mudah bergerak, gerakan air ke arah Bulan, atau yang ditandai dengan air pasang, menjadi mudah terlihat.
Namun ternyata, air pasang juga terjadi pada bagian Bumi yang berseberangan dengan Bulan.
Pasalnya, gaya pasang surut merupakan gaya diferensial.
Gaya pasang surut berasal dari perbedaan gravitasi di atas permukaan Bumi yang dihasilkan dari tarikan gravitasi Bulan di lokasi tertentu di Bumi dikurangi dengan tarikan gravitasi rata-rata Bulan di seluruh Bumi.
Rumus ini menghasilkan peregangan dan pemampatan di Bumi, sehingga muncul dua tonjolan pasang surut.
Itulah mengapa bagian Bumi yang berseberangan dengan bulan juga akan mengalami air pasang.
Akibatnya, wilayah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut setiap 24 jam 50 menit sekali yang juga disebabkan oleh bulan yang mengelilingi Bumi searah dengan putaran Bumi pada porosnya.
Baca juga: Banjir Rob Terparah Terjadi di Tambak Mulyo Semarang, Warga Butuh Dapur Umum dan Tempat Mengungsi
Baca juga: UPDATE Banjir Rob Semarang: Ribuan Pekerja Terdampak hingga Tindakan Ganjar Pranowo
Ketinggian Air di Tanjung Emas Capai 210 Cm
Limpasan air laut menyebabkan tergenangnya kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Senin (23/5/2022).
Kepada Stasiun Meteorologi Tanjung Emas, Semarang, Retno Widiyaningsih, menuturkan info pukul 16.00 WIB ketinggian air pasang mencapai 210 cm.
Air pasang saat ini dinilainya paling tertinggi.