Akhirnya Juned pun menangis karena tak bisa menerima hadiah sang bapak.
Di tengah perjalanan pada km ±18.75 dari arah yang berlawanan, muncul kereta lain yang sarat dengan penumpang pada rel yang sama.
Akhirnya terjadilah tabrakan maut antara dua kereta yang menyebabkan timbulnya korban jiwa.
Juned yang terjepit berteriak memanggil neneknya, sedangkan Mulyadi berusaha memanggil-manggil bapaknya.
Seluruh keluarga Nenek Minah tewas dalam kecelakaan maut tersebut, hanya tersisa Juned.
Tangisan dan teriakan histeris mewarnai kecelakaan maut tersebut, darah dimana-mana.
Efendi akhirnya mengetahui kecelakaan itu setelah ditelepon dan langsung ke rumah sakit untuk melihat jasad keluarganya.
Juned yang terjepit akhirnya dapat dikeluarkan.
Di rumah sakit, Juned menyuruh kedua orangtuanya untuk berbaikan.
Di akhir kisah, muncullah Juned yang sebenarnya di rel kereta api dengan memakai penyangga kaki, karena kaki kirinya diamputasi.
“Sayalah Juned salah seorang korban musibah tabrakan kereta api di Bintaro, saya berterima kasih karena kisah kami sekeluarga diangkat kelayar putih lewat film ini, moga-moga ada hikmahnya bagi kita semua” demikian kata-kata Juned yang asli di akhir kisah.
(Tribunnews.com/Fathul Amanah)