TRIBUNNEWS.COM - Mantan narapidana narkotika Renae Lawrence mendapatkan kebebasannya pada Rabu (21/11/2018) kemarin setelah menjalani hukuman penjara selama 13 tahun.
Wanita 41 tahun ini kemudian dideportasi ke Australia pada Kamis pagi ini (22/11/2018).
Saat sampai di bandara Brisbane, Queensland tadi pagi, Renae Lawrence langsung diserbu jurnalis lokal.
Renae Lawrence, bersama ibu dan saudara laki-lakinya mencoba menghindari kerumuman media saat mereka bergegas menuju bagian penerbangan domestik untuk pulang ke Newcastle, New South Wales.
Baca: Menangis Harlinda Curhat Kasus KDRT-nya yang Tergantung di Polrestabes Makassar
Namun, agresifnya jurnalis yang mengerumuni Renae di bandara mendapat banyak kritikan.
Banyak pengguna Twitter yang menganggap jurnalis telah berlaku kasar pada Renae dengan menghujaninya dengan berbagai pertanyaan.
Mantan penyiar Mike Carlton mengecam tindakan jurnalis tersebut.
"Hey gang ! Let's all pile on to Renae Lawrence. Stick microphones and cameras in her face, chase her down the street, camp outside her house. Not because there's any news in it ... but just because WE CAN !" tulis Carlton.
Mantan pemimpin Greens, Christine Milne meminta media untuk meninggalkan Renae dan meliput hal lain yang lebih penting saja.
"Leave Renae Lawrence alone #auspol. Decent people don't want her subjected to media scrums and stake outs. Earth is burning, that is news."
Pengguna Twitter dengan akun @PoroMark mengecam mengkritik artikel yang ditulis ABC.
ABC menulis bahwa Renae "menubruk" di antara kerumuman pers, yang tidak sesuai dengan pendangan akun @PoroMark.
Darren Parkin berpendapat bahwa media Australia hanya memandang Renae Lawrence sebagai kriminal yang telah bebas setelah menjalani hukumannya, tidak kurang, tidak lebih.
Renae Lawrence merupakan satu dari sembilan anggota Bali Nine, yaitu sebutan untuk 9 orang kriminal yang berusaha menyelundupkan heroin dari Indonesia ke Australia pada tahun 2005 lalu.