TRIBUNNEWS.COM - Bulan November merupakan surga belanja bagi kebanyakan orang.
Setelah festival belanja Single's Day berakhir, muncul lah Black Fiday yang jatuh pada hari ini, Jumat (23/11/2018).
Pesta belanja Black Friday merupakan tradisi tahunan yang digelar sehari setelah perayaan Thanksgiving.
Momen tersebut biasanya dimanfaatkan orang-orang untuk berbelanja barang-barang keperluan Natal dengan harga yang sangat murah.
Baca: Black Friday: Mengapa hari belanja diskon besar dinamakan Jumat hitam?
Toko retail ternama seperti Amazon, Walmart, Best Buy, dan lainnya menjadi surga bagi warga Amerika.
Akan tetapi, di balik kemeriahan Black Friday, ada kesedihan tersendiri bagi para pekerja di toko-toko retail tersebut.
Seperti Nicholas Oates yang mulai bekerja di pusat belanja online Amazon di Kansas City, Missouri, AS pada bulan Agustus tahun lalu sebelum Black Friday dimulai.
Pada tahun itu, 45 persen dari semua transaksi online di AS pada hari Thanksgiving dan 54,9 persen dari semua transaksi online pada Black Friday dilakukan melalui Amazon.
Pada Cyber Monday, Amazon mencatat penjualan terbesar dalam sejarah dengan total Rp 87 triliun dan menjual lebih dari 64 juta item.
Baca: Promo Spesial Black Friday Payless, Beli 1 Sepatu Langsung Diskon 60% Sepatu Kedua, Ini Syaratnya
Pada tahun ini, Amazon memperluas penjualan Black Friday mereka ke Black Friday Deals Week.
Untuk memenuhi permintaan Black Friday Deals Week, Oates (25), mengatakan dirinya telah bekerja selama 60 jam dalam seminggu.
Melansir dari The Guardian, Oates menjelaskan bahwa ketika Black Friday, para pekerja di Amazon tidak di izinkan untuk mengambil libur atau sekedar beristirahat.
Amazon mengumumkan awal tahun ini berencana untuk memperkerjakan 100 ribu karyawan untuk musim libur 2018.
Jumlah tersebut telah menurun dari tahun-tahun sebelumnya.
Baca: Black Friday di India Bikin Trauma dan Tak Ada Hubungannya dengan Diskon Besar-besaran