TRIBUNNEWS.COM - Pemberitaan sempat diramaikan dengan kabar Asep Yaya, bocah asal Kampung Cimalang, Desa Girimukti, Kecamatan Saguling, Kabupaten Bandung Barat yang tak sengaja menelan peluit.
Dikutip Tribunnews.com dari Kompas.com pada Sabtu (22/12/2018), peluit itu bersarang di percabangan sistem pernapasannya dan akan selalu mengeluarkan bunyi ketika napasnya terengah-engah kelelahan.
Kejadian ini bermula tepatnya tanggal 14 Oktober 2018, saat itu bocah kelas 5 sekolah dasar (SD) ini tengah bermain di rumah bibinya sambil memainkan peulit yang ia dapatkan dari sebuah sandal berbunyi.
Asep mengambil peluit yang terpasang di sandal itu dan ia mainkan.
Ketika ia meniup peluit sepanjang 3 sentimeter di mulutnya, peluit tersebut malah tak sengaja tertelan ketika ia sedang bermain dengan anak bibinya.
Baca: Bayi Ini Dibesarkan dari Jualan Kue & Es Mambo, Sekarang Jadi Aktor Tampan, Siapa Dia?
"Itu pet-petan bekas sandal. Saat itu saudaranya minta gendong dari belakang saat anak saya lagi main tiup-tiupan peluit. Pas digendong, dia jatuh, peluitnya malah ketelen," kata Subandi (49) ayah Asep yang ditemui di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Kamis (20/12/2018).
Mengetahui kejadian itu, sang bibi menemui orangtua Asep untuk memberi kabar anaknya menelan sebuah peluit.
Kemudian Subandi membawa Asep ke puskesmas terdekat sebagai penanganan pertama.
Namun, puskesmas tersebut merujuk Asep ke sebuah rumah sakit di daerah Kota Baru Parahyangan, Bandung Barat.
Terkendala biaya, Subandi pun mengurungkan niatnya sementara untuk mengambil peluit yang sudah bersarang di saluran pernapasan Asep.
Saat itu Subandi mengaku belum memiliki BPJS, sementara keuangan keluarga sedang menipis.
Diketahui Subandi hanya bekerja sebagai pencari ikan di Saguling, maka terpaksala Asep hidup dengan peluit di saluran pernapasannya.
"Intinya saya enggak punya duit," tuturnya.
Asep hidup dengan peluit bersarang di saluran pernapasannya selama dua bulan.