Setiap bernapas saat kelelahan, bunyi peluit kerap terdengar seiring ia bernapas terengah-engah.
Tak hanya itu, setiap tidur pulas dan batuk-batuk, bunyi peluit pun juga kerap terdengar.
"Selama dua bulan itu kalau jalan kecapekan, terus kalau tidur pulas, itu terdengar bunyi (peluit) nya," tuturnya.
Baca: Ribuan Penumpang Telantar di Pelabuhan Bakauheni Gara-gara Terbatasnya Armada Bus Menuju Rajabasa
Meski begitu, tak ada yang berubah dari fisik anak ketiga dari empat bersaudara tersebut, hanya saja Asep kerap mengeluh sesak ketika bernapas kecapekan.
"Kalau kecapekan memang suka mengeluh agak sesak, tapi kalau makan enggak apa-apa," katanya.
Pada 19 Desember 2018, akhirnya Asep dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung untuk dilakukan pengangkatan peluit yang bersarang tersebut.
Kembali dikutip dari Kompas.com, Kepala KSM Ilmu Kesehatan RSHS Bandung Dr Lina Lasminingrum, Sp, THT-LK, menjelaskan bahwa posisi peluit itu bersarang di percabangan utama dari jalan udara pada sistem pernapasan alias bronchus Asep.
"Peluitnya bersarang di percabangan utama dari bronkus kiri," katanya.
Untuk bisa mengeluarkan peluit tersebut, tim dokter pun harus melakukan observasi selama satu hari, karena peluit yang tertelan tersebut ternyata tidak terlihat pada proses rontgen.
"Memang tidak terlihat dalam rontgen karena bendanya plastik," katanya.
Namun, peluit yang bersarang tersebut tidak berdampak pada saluran pernapasannya.
"Tidak ada luka, karena peluitnya kecil, jadi tidak menutup pernafasan secara penuh. Jadi lainnya bagus," katanya.
Hingga pada Kamis (20/12/2018), tim dokter RSHS Bandung pun berhasil mengeluarkan peluit yang bersarang di tubuh Asep.
"Peluitnya sudah berhasil dikeluarkan," ujar Lina.