Sementara itu, BNPB mencatat, hingga Rabu (26/12/2018) pukul 13.00 WIB, jumlah korban meninggal akibat tsunami di Banten dan Lampung menjadi 430 orang.
Jumlah ini, kata Sutopo, menurun sejak kemarin lantaran ada data korban yang tercatat dua kali.
"Untuk Serang jumlah korban kalau kemarin 29, kalau hari ini 25," kata Sutopo di kantor BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, Rabu (26/12/2018).
"Beda 4 orang ternyata dobel karena antara Serang dan Pandeglang, yaitu di Kecamatan Sinangka dan Carita berbatasan."
"Jadi ada korban yang didata di Serang, ada juga yang di Pandeglang," kata Sutopo, dilansir Tribunnews.com dari Kompas.com.
Adapun, korban luka-luka tercatat terdapat 1.495, 159 orang hilang, dan 21.991 orang mengungsi.
Terkait Gunung Anak Krakatau, Sutopo bilang, gunung ini tidak akan meletus besar seperti tahun 1883.
Sebab, kala itu tiga gunung yang ada di Selat Sunda meletus secara bersamaan, yaitu Gunung Rakata, Gunung Danan, dan Gunung Perbuwatan.
Akibat letusan itu, ketiga gunung menjadi habis.
Selanjutnya, akibat proses alam, muncul Gunung Anak Krakatau di tahun 1927.
"Gunung Anak Krakatau (magma) dapurnya tidak akan besar seperti sana (ketiga gunung terdahulu)," kata dia.
"Banyak para ahli mengatakan, untuk terjadi letusan yang besar masih diperlukan sekitar 500 tahun lagi ke depan," sambungnya.
(Tribunnews.com/Sri Juliati)