TRIBUNNEWS.COM - Gunung Agung kembali erupsi Sabtu (19/1/2019) dini hari pukul 02.45 WITA, namun tinggi kolom tidak teramati karena tertutup kabut.
Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), erupsi Gunung Agung terekam seismogram dengan amplitudo maksimum 23 mm dan durasi lebih kurang 2 menit 8 detik.
Kolom abu tidak teramati karena tertutup kabut.
Saat ini Gunung Agung berada pada Status Level III (Siaga).
Atas kondisi tersebut, berikut rekomendasi Badan Geologi Kementerian ESDM:
1. Masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya yaitu di seluruh area di dalam radius 4 km dari Kawah Puncak Gunung Agung.
Zona Perkiraan Bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling aktual/terbaru.
2. Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak.
Area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung.
Baca: Longsor di Lereng Gunung Merapi, Satu Warga Magelang Tewas
Sebelumnya, Gunung Agung terakhir kali mengalami erupsi pada tanggal 10 Januari 2019 pukul 19.55 WITA.
Sama dengan kondisi saat ini, saat erupsi tersebut kolom abu tidak teramati karena tertutup kabut.
Erupsi tersebut terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi lebih kurang 4 menit 26 detik.
Secara administratif Gunung Agung terletak di Kabupaten Karangasem, Kabipaten Bali.
Sedangkan secara geografis, Gunung Agung terletak di 08°20' 30" Lintang Selatan dan 115°30' 30" Bujur Timur.