Berikut ini update berita longsor Gowa, Sulawesi Selatan. Jumlah korban meninggal hingga pemicu terjadinya longsor, baca selengkapnya di sini.
TRIBUNNEWS.COM - Banjir yang terjadi di Makassar, Gowa, Maros, Sulawesi Slatan pada Selasa (22/1/2/2019) menewaskan 33 korban jiwa.
Melansir dari Kompas.com, data terbaru yang dirilis Posko Induk bencana longsor dan Banjir Kabupaten Gowa menyebutkan tiga korban terakhir ditemukan di Kecamatan Bungaya.
Baca: Kisah Suciati, Sempat Tertimbun Lumpur Bersama Bayinya Hingga Berhasil Selamat dari Longsor di Gowa
Ketiga korban tersebut ditemukan secara terpisah, pukul 09.30 WITA jasad Daeng Maudu (56) ditemukan.
Pada pencarian selanjutnya dilokasi yang sama sekitar pukul 15.30 WITA sepasang suami istri kembali ditemukan.
Diketahui korban merupakan Husni Daeng Tutu (41) dan Nia Daniati (39), saat ditemukan keduanya dalam kondisi saling berpelukan.
Posko Induk Bencana Longsor dan Banjir Kabupaten Gowa memberikan update jumlah pengungsi akibat bencana yang melanda wilayah tersebut.
Menurut Abdullah Sirajuddin, Kabag Humas Pemkab Gowa yang juga bertanggungjawab atas Posko Induk, hingga Jumat (25/1/2019), jumlah pengungsi yang terdata mencapai 3.534 orang.
"Para pengungsi ini tersebar di 16 titik pengungsian di sejumlah kecamatan di Gowa," ujar Abdullah.
Lokasi pengungsian antara lain ada di Kecamatan Manuju, Kecamatan Bungaya dan Kecamatan Tinggimoncong.
Baca: Tim SAR Temukan 1 Jenazah Korban Longsor Gowa
Hari ini telah memasuki hari kelima pencarian dan evakuasi terhadap korban timbunan Longsor yang masih belum ditemukan kembali dilanjutkan, Sabtu (26/1/2019).
Pencarian korban dilakukan di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Manuju dan Kecamatan Bungaya.
Sejumlah warga yang hilang diperkirakan tertimbun material Longsor di sana.
Dandim 1409 Gowa, Letkol Arh Nur Subekhi mengatakan, proses evakuasi membutuhkan alat berat.
Akses jalan dan jembatan yang terputus menyulitkan kerja-kerja tim.
"Kendala pertama akses jembatan dan jalan terputus sehingga alat berat tidak bisa masuk. Kita mengandalkan alat berat yang kebetulan ada di lokasi kejadian," kata Letkol Arh Nur Subekhi dilansir dari TribunTimur.com, Sabtu (26/1/2019).
Ia berharap, cuaca hari ini bisa cerah dan bersahabat.
Sebab, lokasi longsor dinilai rawan bagi keselamatan tim apabila hujan menerjang.
Dugaan Pemicu Terjadinya Longsor
Gurbenur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah menuturkan jika perambatan hutan dan aktivitas tambang liar menjadi salah satu penyebab besar bencana ini terjadi.
Terlebih tambang liar yang berada di daerah aliran Sungai Jeneberang.
Nurdin menambahkan, meski pihak kepolisian telah memproses hukum sejumlah pelaku namun penambang liar ini masih saja merajalela.
Baca: Korban Longsor Gowa Serbu Helikopter Pengangkut Bantuan
Baca: Detik-detik Dramatis Penyelamatan Bayi yang Terjebak Banjir Bandang di Gowa, Warga Hanya Pakai Tali
"Kita tidak bisa pungkiri bahwa perambahan hutan dan aktivitas tambang liar punya andil besar dalam bencana longsor dan banjir,"
"Hal ini merupakan pekerjaan rumah yang harus kami selesaikan selanjutnya,"
"sebab Bendungan Bilibili memiliki dampak ke beberapa Kabupaten termasuk Kota Makassar," kata Nurdin, Sabtu (26/1/2019) seperti dilansir dari Kompas.com.
Sementara itu, Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan Yasin Limpo mengatakan, perizinan penambangan di Kabupaten Gowa telah dihentikan sejak tahun 2015.
"Izin tambang di Kabupaten Gowa telah kami hentikan sejak tahun 2015 dan selanjutnya diambil alih pemerintah provinsi," ujar Adnan. (*)
(Tribunnews.com/ Kompas.com/ Bunga Pradipta Pertiwi)