TRIBUNNEWS.COM - Gunung Karangetang, Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan aktivitas pada Selasa (5/2/2019) dengan mengeluarkan guguran lava.
Guguran lava yang dikeluarkan Gunung Karangetang sampai menutupi jalan dari Kampung Kawahang menuju Batubulan di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara.
Lava Gunung Karangetang yang melewati Kali Malebuhe menutupi akses tersebut setinggi 50 meter dan jembatan di kali tersebut tak terlihat.
Danramil 02 Siau, Kapten Inf Pitter Masinna mengimbau warga sekitar guguran lava Gunung Karangetang untuk tidak beraktivitas di radius sekitar tiga kilometer.
Baca: Lava Gunung Karangetang Mulai Capai Lautan
"Warga dilarang untuk beraktivitas pada radius sekitar tiga kilometer, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan semisal awan panas," jelas Kapten Inf Pitter Masinna, seperti yang dikutip Tribunnews.com dari Tribun Manado.
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan melalui akun Twitternya, @kabargeologi, mengimbau kepada masyarakat agar selalu waspada lantaran Gunung Karangetang berstatus Siaga (Level III).
Erupsi terakhir Gunung Karangetang terjadi pada tahun 2016 di mana pusat erupsinya di Kawah Utama (Selatan).
Baca: Pemkab Menjamin Kebutuhan Pengungsi Gunung Karangetang
Berikut aktivitas terbaru Gunung Karangetang, dikutip Tribunnews.com dari magma.vsi.esdm.go.id:
1. Aktivitas Kegempaan Meningkat
Gunung Karangetang mengalami peningkatan signifikan aktivitas kegempaan dengan konten frekuensi tinggi (vulkanik dalam maupun dangkal) secara cepat sejak 22-23 November 2018 lalu.
Peningkatan kegempaan ini diikuti oleh penurunan drastis aktivitas kegempaan frekuensi tinggi pada 24 November 2018.
Penurunan tajam kegempaan frekuensi tinggi diikuti oleh terekamnya citra panas (Hot Spot) oleh satelit Modis pada 25 November 2018 pukul 01:10 WITA, sehingga dapat disimpulkan bahwa penurunan tajam kegempaan frekuensi tinggi mengindikasikan bahwa magma telah sampai ke permukaan kawah.
Baca: Guguran Lava Gunung Karangetang Setinggi 50 Meter Tutupi Jalan Kawahang- Batubulan
Sejak saat itu, efusi lava yang disertai pertumbuhan kubah lava hingga guguran lava dan awan panas guguran terus berlangsung.
2. Anomali Panas di Area Kawah
Citra satelit termal Modis secara rutin merekam adanya anomali panas di area Kawah Dua hingga ke lereng arah Baratlaut-Utara dengan daya berkisar 1-100 MW.
Citra satelit mengindikasikan bahwa aktivitas erupsi efusif G. Karangetang saat ini berlangsung secara intensif dan belum menunjukkan indikasi penurunan.
3. Sifat Erupsi
Saat ini erupsi yang paling dominan terjadi di G. Karangetang bersifat efusif (guguran lava dan awan panas guguran) namun juga berpotensi untuk disertai erupsi eksplosif skala kecil seperti erupsi tipe strombolian (erupsi dengan lontaran batu/lava pijar disertai abu).
Baca: Guguran Lava Gunung Karangetang Setinggi 50 Meter Tutupi Jalan Kawahang- Batubulan Sitaro Sulut
Indikasi untuk terjadinya erupsi eksplosif dengan skala besar belum teramati.
Data pemantauan menunjukkan bahwa jangkauan guguran lava maupun awan panas guguran berpotensi untuk bertambah terus hingga ke laut karena data kegempaan masih mengindikasikan adanya efusi lava menerus dari Kawah Dua.
Sementara itu, dikutip dari Tribun Manado, Kepala Pos Pantau Gunung Karangetang, Yudia Tatipang mengatakan, pada Rabu (6/2/2019), secara visual puncak kawah tidak terlihat lantaran tertutup kabut.
"Suara gemuruh lemah sampai agak kuat terdengar sampai di pos pantau," jelas Yudia.
Baca: Waspada Guguran Lava Gunung Karangetang
"Sehubungan dengan aktivitas gunung Karangetang pada Level Ill (Siaga) saat ini, kami merekomendasikan agar masyarakat dan pengunjung atau wisatawan agar tidak mendekati, tidak melakukan pendakian dan tidak beraktivitas di dalam zona perkiraan bahaya yang meliputi radius 2,5 km dari puncak Kawah 2 (utara) dan Kawah Utama (selatan)dan area perluasan sektoral dari puncak kearah Barat-Barat laut sejauh 3 kilometer dan ke arah Baratlaut-Utara sejauh 4 km," ungkapnya.
Yudia juga meminta untuk warga Kampung Niambangeng, Kampung Beba, dan Kampung Batubulan agar dievakuasi ke tempat yang aman dari ancaman guguran lava atau awan panas guguran Gunung Karangetang yaitu di luar zona perkiraan bahaya tersebut.
Selain itu, warga yang bermukim di sekitaran bantaran sungai-sungai yang berhulu dari puncak Gunung Karangetang, agar meningkatkan kewaspadaan akan adanya lahar hujan dan banjir bandang.
Masyarakat di sekitar Gunung Karangetang, dianjurkan agar senantiasa menyiapkan masker penutup hidung dan mulut untuk mengantisipasi potensi bahaya gangguan saluran pernapasan jika terjadi hujan abu.
Baca: Guguran lava Gunung Karangetang Mengarah ke Kali Malebuhe dan Batuare
Masyarakat di sekitar gunung Karangetang diharap untuk tetap tenang, tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi Gunung Karangetang yang tidak jelas sumbernya dan selalu mengikuti arahan dari BPBD Kabupaten Sitaro.
(Tribunnews.com/Whiesa)