4 Fakta Pesawat Ethiopian Airlines ET302 Jatuh, soal Model Pesawat dan Ada WNI jadi Korban
TRIBUNNEWS.COM - Pesawat Ethiopian Airlines penerbangan ET302 dengan rute Addis Ababa, Ethiopia ke Nairobi, Kenya jatuh tak lama setelah lepas landas pada Minggu (10/3/2019) pagi waktu setempat.
Terkait dengan pesawat Ethiopian Airlines yang jatuh tersebut sejumlah fakta-fakta pun terkuak.
Di antaranya yakni soal satu orang korban WNI yang bernama Harina Hafitz.
Tak hanya itu, model pesawat Ethiopian Airlines ternyata sama dengan Pesawat Lion Air JT-610 penerbangan Jakarta - Pangkalpinang yang jatuh pada Oktober 2018 lalu.
Baca: Jatuh di Etiopia, Keselamatan Pesawat Boeing 737 MAX 8 Dipertanyakan
Berikut ini Tribunnews merangkum fakta-fakta jatuhnya Pesawat Ethiopian Airlines ET302, dari berbagai sumber:
1. Tidak Ada Korban Selamat
Pesawat Ethiopian Airlines jatuh baru sekitar enam menit setelah tinggal landas dari ibu kota Ethiopia, Addis Ababa, dengan tujuan ibu kota Kenya, Nairobi pada Minggu (10/03/2019).
Mengutip dari BBC, penerbangan ET-302 menggunakan pesawat Boeing 737 Max-8 yang baru dioperasikan selama beberapa bulan itu mengangkut 149 penumpang dan delapan awak.
Mereka dinyatakan meninggal dunia, termasuk 32 warga Kenya, 18 warga Kanada, sembilan warga Ethiopia, delapan warga Amerika Serikat dan seorang warga negara Indonesia.
Baca: Persamaan Insiden Jatuhnya Pesawat Ethiopian Airlines dengan Lion Air JT 610
Pimpinan Ethiopian Airlines, Tewolde Gebremariam, mengatakan mereka yang berada di dalam pesawat naas itu berasal dari 30 negara berbeda.
Selain seorang penumpang dari Indonesia, terdapat satu penumpang dari masing-masing negara; Belgia, Somalia, Norwegia, Serbia, Togo, Mozambik, Rwanda, Sudan, Uganda dan Yaman.
Dari total semua penumpang hingga awak pesawat dinyatakan tidak ada yang selamat.
2. Seorang WNI Bernama Harina Hafitz jadi Korban
Mengutip dari BBC, Harina Hafitz merupakan satu dari tujuh staf World Food Program—badan pangan di bawah PBB—yang menumpang pesawat itu.
"Beliau sempat kirim Whatsapp ke saya hari Sabtu, memberitahu dapat tugas ke Nairobi."
"Pesawatnya dari Roma transit dulu di Addis Ababa," papar Adik dari Harina Hafitz, Hari Lutfi, Senin (11/3/2019) pagi WIB.
Harina telah berdomisili di Kota Roma, Italia selama puluhan tahun.
Baca: Ethiopian Airlines ET302 Jatuh, China dan 2 Maskapai Hentikan Operasi Pesawat Boeing 737 Max 8
Dia meninggalkan suaminya yang berkebangsaan Italia dan dua anak.
"Suaminya dan kedua anaknya masih shock, belum tahu harus bagaimana," kata Hari, adik langsung dari Harina yang merupakan sulung dari empat bersaudara.
Secara terpisah, seorang keponakan Harina mengatakan pihak keluarga sedang menunggu kabar dari WFP dan Ethiopian Airlines.
"Semasa hidupnya, beliau ada seorang pekerja keras," kata Sevila, anak dari adik bungsu Harina.
3. Soal Jenis Pesawat
Jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines ET302 tersebut menimbulkan polemik soal jenisnya.
Pesawat tersebut menggunakan jenis pesawat Boeing 737 Max-8.
Jenis pesawat tersebut sama seperti Lion Air JT-610 penerbangan Jakarta - Pangkalpinang yang jatuh pada Oktober 2018 lalu.
Pesawat Lion Air dengan penerbangan JT-610 rute Jakarta - Pangkalpinang dikabarkan jatuh pada Senin (29/10/2018).
Pesawat yang terbang pada pukul 06.20 tersebut sempat hilang kontak 13 menit setelah take off.
Baca: Pesawat Ethiopian Airlines Jatuh Menghempas Tanah, Staff PBB dari Indonesia Jadi Korban Tewas
Kemudian pesawat tersebut dikonfirmasi jatuh di perairan dekat Tanjung Karawang.
Disisi lain, Anggota Ombudsman RI sekaligus pengamat penerbangan Alvin Lie meminta Kementerian Perhubungan mencermati kecelakaan itu serta mempertimbangkan untuk melarang pesawat jenis tersebut terbang di Indonesia.
"Kemenhub perlu cermati kecelakaan ini dan tidak ragu larang semua B737 Max 8 di Indonesia, demi mencegah terjadinya kecelakaan lagi," kata Alvin Lie, Minggu (10/3/2019), seperti dikutip dari Tribun Jakarta.
4. Kemenhub akan Awasi Pengoperasian Boeing 737-8 MAX di Indonesia
Menanggapi peristiwa jatuhnya pesawat ethiophia Airline stersebut, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan menyampaikan duka yang mendalam atas musibah jatuhnya pesawat yang menewaskan 157 orang tersebut.
Mengutip dari Tribun Jakarta, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Polana B Pramesti mengatakan, akan terus melakukan pengawasan terhadap maskapai yang masih mengoperasikan pesawat berjenis yang sama di Indonesia.
Pengawasan untuk pesawat Boeing 737-8 Max ini sudah dilakukan sejak Oktober 2018 lalu.
“Hingga saat ini kami terus melakukan langkah-langkah perbaikan mulai dari prosedur operasional maupun additional training"
"kami juga menindaklanjuti Airworthiness Directive yang dikeluarkan Federal Aviation Administration,” jelas Polana dalam keterangan resmi, Senin (11/3/2019).
Selain pengawasan terhadap pengoperasian pesawat Boeing 737-8 Max, Polana menambahkan, pihaknya tetap bekerja sama dengan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Boeing maupun lembaga penerbangan dunia seperti FAA untuk terus melakukan evaluasi terkait kecelakaan pesawat jenis Boeing 737-8 Max.
(Tribunnews.com/ Umar Agus W)