Tapi, lewat tulisan-tulisannya di Twitter, Tarrant diduga melakukan aksi biadab karena rasa khawatir berlebihan dengan nasib ras kulit putih.
Tarrant khawatir, jumlah orang kulit putih akan semakin terdesak.
Ia menyebut soal rasio kelahiran kulit putih yang rendah, di banding dengan jumlah imigran, terutama muslim, yang datang ke Eropa dan Australia.
"Bahkan andai kita mengusir semua orang Non Eropa dari tanah kita, orang Eropa murni tetap akan menuju kepunahan," tulis Tarrant.
2. Latar belakang keluarga dua pelaku
Sumber di Kanaleneiland mengatakan bahwa keluarga Gokmen Tanis menganut kultus Salafi.
Itu akan menjadi apa yang disebut Negara Khilafah, yang didirikan di Jerman pada tahun 90-an.
Ini adalah organisasi terlarang yang pemimpinnya telah diekstradisi ke Turki.
Di sana ia dijatuhi hukuman 17,5 tahun penjara.
Saudara laki-laki Gokmen Tanis khususnya dikatakan aktif dalam gerakan itu dan bertempur di Chechnya.
Di halaman Facebook-nya ada juga bendera jihadis, dengan teks 'Kemalis, Demokrat dan Sekuler terkutuk'.
Hingga kini belum diketahui secara pasti apakah aksi penembakan yang dilakukan Gokmen Tanis bermotif trorisme.
Baca: Terduga Penembak Utrecht Pernah Jadi Tersangka Pemerkosaan, Korban: Dia Bukan Teroris tapi Psikopat
Di sisi lain dikutip dari Heavy.com, Brenton Tarrant lewat manifestonya menyebut dirinya pria biasa saja.
"(Aku) hanya orang kulit putih biasa, 28 tahun," tulis Tarrant di manifestonya.