"kita nggak pernah di kasih kayak uang atau jajanan atau apa sih, tapi kita bisa melihat bangganya aja sih," tutur pemain film Perahu Kertas itu.
Bahkan sang ayah juga rela pulang pergi ke Singapura hanya demi membelikan satu koper buku bagi anak-anak di rumah.
"Aku masih ingat dulu papa ku pulang pergi ke Singapura bawa satu koper cuma mau beliin anaknya buku karena dulu mungkin di Jakarta belum terlalu komplit," imbuh Maudy.
Baca: Sempat Dilema, Maudy Ayunda Akhirnya Memilih Kampus Ini, Harvard atau Stanford University?
Tak hanya peran sang ayah, Maudy menjelaskan bahwa Ibundanya kerap mengajaknya berinteraksi dengan mengobrol.
Bukan obrolan sembarangan, sejak kecil Maudy dilatih untuk memecahkan masalah hingga ke akar meski dalam hal yang kecil.
Sang Ibu selalu melatih dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan memicu Maudy untuk berfikir lebih jauh.
Namun hal tersebut justru terasa sangat menyenangkan bagi Maudy Ayunda yang membuat cara berfikirnya hingga saat ini.
"Diluar itu, mama itu sejak kecil suka ngajak ngobrol tapi bukan ngobrol biasa, problem solving,"
"tentang hal-hal kecil misalnya kita besok mau kumpul-kumpul keluarga, kita pesen makan apa ya, kenapa?"
"kenapa menurut kamu Rendang, emang di kombinasiin sama ini oke," terang Maudy.
"Jadi nggak ada obrolan yang nggak pernah simple gitu, jadi sellau ada mengapa, kenapa sampai diujung kita menemukan jawaban yang tepat,".
"Jadi problem solving yang ditanamkan sejak kecil aku jadi mikir rasa kepedulian, keingintahuan dan hampir enjoying it, karena hampir dibuat like a game," pungkasnya.
(Tribunnews.com / Bunga)