TRIBUNNEWS.COM - Mantan politisi Partai Demokrat, Andi Arief beri tanggapan soal beredarnya kabar surat suara telah tercoblos di Malaysia.
Andi Arief merasa kini tak lagi punya alasan untuk mengatakan, Indonesia adalah negara demokrasi yang terbesar.
Hal itu ia sampaikan Andi Arief melalui cuitannya di media sosial Twitter, pada Jumat (12/4/2019).
"Sudah gak punya sandaran apa-apa nanti untuk bicara:"indonesia adalah negara demokrasi terbesar". Nanti Duterte bilang: "coblos surat suara."," tulis Andi Arief.
Baca: Dradjad H WIbowo: Video Surat Suara Tercoblos di Malaysia Itu Bikin Malu
Baca: Temuan Surat Suara Tercoblos di Malaysia, Hashim Djodjohadikusumo: Kami Sudah Curiga
Andi Arief kemudian memberikan imbauan kepada para saksi di Tempat Pemungutan Suara (TPS) di hari pencoblosan 17 April 2019 nanti.
Mantan politisi Partai Demokrat yang mengundurkan diri setelah terjerat kasus penyalahgunaan narkoba itu mengimbau agar para saksi melakukan doa bersama agar pemilu dapat berjalan dengan penuh kejujuran.
Ia juga mengimbau ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) untuk memastikan, kotak suara kosong sebelum pencoblosan.
Andi Arief kemudian sampaikan ajakan untuk berasumsi, pemilu akan jujur dan adil.
Namun, apabila terjadi kecurangan kecil saja dilakukan di setiap TPS, dampaknya akan menjadi besar.
Sebab jumlah TPS yang ada di seluruh Indonesia, menurut dia, kurang lebih 1 juta.
Baca: Kronologi Lengkap Penemuan Surat Suara Tercoblos di Malaysia
Baca: Beri 4 Pertanyaan ke KPU Soal Surat Suara Tercoblos di Malaysia, Fahri Hamzah Tulis Kalimat Satire
"Kita berasumsi bahwa pemilu akan berlangsung jujur dan adil."
"Tetapi, kalau ada yang menggunakan cara kotor misalnya dua puluh surat suara sudah mengendap di kardus kotak suara sebelum pencoblosan, maka sudah akan ada yang unggul 20 jt suara."
"Jumlah TPS kurang lebih 1 jt."
Andie Arief mengatakan, ini adalah zaman edan dan KPK yang nampaknya menyinggung pengusutan kasus penyerangan penyidik KPK Novel Baswedan.