Enam ledakan beruntun mengguncang Sri Lanka pada Minggu pagi.
Ledakan itu menghantam tiga gereja dan tiga hotel mewah di Kolombo dan bagian lain negara itu, menewaskan 185 orang.
Menurut polisi, yang tewas termasuk 35 orang asing.
Belum diketahui apakah ada orang India yang terluka atau terbunuh dalam serangan itu.
Meskipun tidak ada kelompok atau individu yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan sejauh ini, laporan media lokal menunjukkan pelaku bom bunuh diri berada di balik serangan mengerikan di Sri Lanka.
Laporan menunjukkan, polisi Sri Lanka telah bersiaga nasional 10 hari sebelum ledakan pada hari Minggu tentang bom bunuh diri yang merencanakan serangan terhadap gereja.
Di Gereja St. Sebastian di Katuwapitiya, utara Kolombo, lebih dari 50 orang telah tewas, kata seorang pejabat kepolisian.
Media melaporkan 25 orang juga tewas dalam serangan terhadap sebuah gereja di Batticaloa di Provinsi Timur.
Baca: Penjelasan KBRI tentang Teror Bom yang Guncang Sri Lanka dan Ada Tidaknya WNI yang Jadi Korban
Tanggapan pemerintah Sri Lanka
"Pertemuan darurat dipanggil dalam beberapa menit. Operasi penyelamatan sedang berlangsung," kata Menteri Reformasi Ekonomi dan Distribusi Publik Sri Lanka, Harsha de Silva melalui Twitter-nya.
Dia mengatakan dirinya sudah mengunjungi dua hotel yang diserang dan berada di tempat kejadian di Gereja St. Anthony's Shrine dan menggambarkan kejadian sebuah tragedi yang mengerikan.
"Saya melihat banyak bagian tubuh berserakan," kicaunya.
"Banyak korban termasuk orang asing. Harap tenang dan tetap berada di dalam ruangan," tambahnya.
Hanya sekitar enam persen dari mayoritas penduduk Sri Lanka yang beragama Budha adalah Katolik, tetapi agama dipandang sebagai kekuatan pemersatu karena mencakup orang-orang dari kelompok etnis Tamil dan mayoritas Sinhala.