Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK -M Farisa Felani, Animator film 'Sungai Kapuas Punye Cerite' mengungkapkan, ia saat ini memang hanya dapat mempublikasikan trailer film yang digarapnya.
Dengan harapan, dapat memberikan kesempatan kepada pemuda-pemudi kreatif di Pontianak, untuk ambil bagian dalam penggarapan film animasi yang mengangkat kearifan lokal tersebut.
"Trailer ini dibuat untuk memancing anak-anak muda Pontianak, siapa lagi yang mau terlibat. Dan musisi-musisi mungkin masih ada yang mau terlibat juga," ungkap Faris di kediamannya, Komplek Bali Agung 3 Blok P No 27, Pontianak, Minggu (29/5)
Menurut kisahnya, setelah trailer film tersebut selesai, hingga diupload ke Youtube. Akhirnya banyak pihak yang mau terlibat untuk memberikan ide cerita, music soundtrack dan lainnya.
“Akhirnya kita harus menunggu mereka dulu untuk mematangkan konsep, supaya konsep cerita juga lebih matang, jadi bisa dipersaingkan juga dengan film-film animasi negara tetangga."
"Bangga juga kita punya film Sungai Kapuas pertama kalinya di Pontianak, benar-benar mengangkat konten lokal,” paparnya.
Faris menargetkan, sebelum akhir tahun 2016 pengerjaan satu episode (seri) Film 'Sungai Kapuas Punye Cerite' sudah dapat diselesaikan.
Soal & Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 SMA Halaman 116 : Menemukan Arti Kosakata dengan KBBI
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 Hal 101: Apa arti kosakata 'Mantra' dengan menggunakan KBBI?
Di seri perdana film ini, akan memuat kisah pengenalan tentang Sungai Kapuas dan tradisi masyarakat tepian sungai, dari saat bangun tidur hingga pada saat malam hari
"Next baru pendalaman pentokohan karakter masing-masing. Untuk pengenalan awal, mungkin sebelum akhir tahun ini," katanya.
Untuk pembiayaan selama ini, Faris cenderung merogoh kocek pribadinya. Namun untuk kedepan, oleh karena banyaknya yang terlibat, ia akan mengembalikan keputusan tentang pembiayaan kepada pihak-pihak yang tergabung dalam penggarapan project film animasi lokal tersebut.
“Biaya yang besar dikeluarkan untuk recording audio, karena untuk recording audio itu kami masih menggunakan studio lain, nggak bisa garap di sini, menggunakan studio band," jelasnya.
Selain itu, Faris menyebutkan biaya juga dibutuhkan lebih besar untuk melakukan survey, terutama untuk membayar beberapa orang di lapangan, untuk menceritakan pengalaman mereka di tepian Sungai Kapuas.
"Jangan sampai dari karakter-karakter yang ada, ada karakter legenda yang terlupakan. Kalau memang bisa kami angkat, ya di angkat (kisahnya),” ujarnya.