TRIBUNNEWS.COM, CIBINONG - Masa pernikahan Tsania Marwa (26)-Atalarik Syah (43) selama lima tahun ini ternyata menyimpan prahara.
Percekcokan dan bentakan mewarnai perkawinan pasangan selebritas ini.
Hal itu terungkap dalam sidang cerai Tsania Marwa-Atalarik di Pengadilan Agama Cibinong, Kabupaten Bogor, Selasa (20/6/2017).
Dalam persidangan tersebut, Tsania Marwa membawa saksi ibunda, kakak, tetangga, dan tukang lulur keluarga.
Usai persidangan, kuasa hukum Marwa, Busro Sapawi mengatakan bahwaa dalam gugatan cerai Marwa terdapat Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Namun, KDRT itu bukan dalam bentuk fisik, melainkan verbal.
“Untuk gugatan mengenai marah-marahnya Atalarik. Temperamennya tinggi. Ada satu lagi tapi nggak perlu diungkap di sini. Yang paling utamanya dia (Atalarik) marah-marah sama anak, bahkan sama mertuanya juga marah-marah,” kata Busro Sapawi.
Ibunda Marwa, Silvia, menambahkan, telah terjadi kekerasan tekanan dari Atalarik yang menimpa dirinya dan juga putrinya.
“Suatu hari saya pernah ada ribut, bukan ribut tapi di dudukin sama Atalarik. Saya dibentak-bentak dan dituding-tuding sampai saya nangis-nangis,” ucap Silvia.
“Cuma saya sabar waktu itu, karena saya mikir anak saya masih sama dia (Atalarik). Kalau saya ngelawan, gimana anak saya nanti. Takut diapa-apain sama dia,” ucapnya.
Menurutnya, pemicu kemarahan Atalarik karena perkara sepele.
“Ada kekhawatiran saya, ketika Atalarik masih bersama anak-anaknya. Mana mungkin itu anak bisa tumbuh sehat di keluarga yang bapaknya punya temperamen seperti itu,” ucapnya.
Bahkan, kata Sivia, Atalarik juga pernah melakukan kekerasan kepada anak-anaknya, Syarif Muhammad Fajri dan Aisyah Shabira.
“Atalarik pernah lakukan kekerasan fisik dan ngancem anaknya. Misalnya ‘saya sentil ya’. Tapi Marwa juga pernah dilempar kamper sama Atalarik. Marwa mengaku terakhir-terakhir ini sama saya,” ujarnya.