Bentuk ketidakadilan ini dbeberkan seperti video audisinya tak diupload, jarang muncul di iklan.
Namun Maria menunjukkan jika ia mampu bersaing menaklukkan kontestan lainnya. Kekuatan vokalnya seolah membuat seisi dunia membuka mata bahwa kualitas mengalahkan popularitas.
"Dulu Maria seperti diperlakukan kurang adil. Contoh: video audisinya tidak di-upload di youtube, Maria juga jarang disorot, durasi Maria di panggung bentar banget, Maria jarang muncul di iklan Indonesian Idol. Sedangkan kontestan yang lucu, imut, cantik, polos, banyak followers, banyak fans, selalu diutamakan. Heii, tapi lihat sekarang! Maria pelan-pelan mengubah itu semua. Dengan apa? Dengan kualitasnya. Semua perlakuan kurang adil yang diterimanya, tidak menjadikannya down. Ini yang aku suka dari gadis muda berprestasi ini. Dan kalian semua tahu kan, sekarang semua juri menyukai Maria, banyak masyarakat Indonesia dan luar negeri yang mengagumi dan mendukung Maria. Itu semua karena KUALITAS, bukan POPULARITAS. Maria belum memiliki popularitas dulunya, tapi sekarang dia memilikinya. Popularitas yang diraih dengan kualitas, akan bertahan lebih lama. Jadi, bukan salah Maria dong kalau saat ini dia disukai banyak orang, kalau dia seperti dianakemaskan oleh para juri. Maria pantas menerimanya. SANGAT PANTAS!" tulis Murni Dudidam.
Ini mulai ditunjukkan di Top 4 dan lolosnya ke Top 3, Maria terlihat sangat luwes dalam beraksi di panggung dibandingkan peserta Indonesian Idol 2018 lainnya.
Maia Estianty, salah satu juri Indonesian Idol pun bahkan merangkum rekam jejak Maria menjadi Idola Indonesia.
"Saya mau merangkum perjalanan Maria, tapi kamu beruntung sekali berkolaborasi dengan Sandhy yang juara dunia," kata Maia.
Maia mengatakan adalah kuda hitam yang melesat saat banyak kritik justru semakin bagus.
"Maria adalah kuda hitam, dikritik, semakin kemari, semakin mampu, semakin bagus," pungkas Maia. (*)