Setelah diperiksa dokter, jari kaki Min-hyuk ternyata retak.
Min-hyuk menjadi kesal.
Ia lalu minta dirawat di rumah sakit sekaligus meminta Bong-soon bertanggung jawab atas apa yang ada dilakukannya.
--
In Gook-doo ke rumah sakit memeriksa kasus korban penyerangan yang diculik.
Ia kemudian bertemu pacarnya, Hee Ji yang kebetulan diperiksa di rumah sakit karena masalah jari tangannya.
Gook-doo mengantar Hee Ji menemui dokter yang ia percayai, Do Bong-gi.
Di rumah yang sakit yang sama, preman-preman yang dihajar Bong-soon dirawat di sana, termasuk sekretaris Gong yang mengalami retak tulang ekor.
Do Bong-gi memarahi Bong-soon karena ada banyak sekali "korban" Bong-soon di rumah sakit itu.
Hee Ji kemudian diperiksa ke Bong-gi.
Namun Hee Ji nampaknya menunjukkan ketertarikan pada Bong-gi, begitu pula sebaliknya.
--
In Gook-doo kembali memarahi Bong-soon tanpa alasan.
Ia marah karena mengikuti kemanapun Min-hyuk pergi.
Bong-soon merasa kesal karena Gook-doo bersikap seolah-olah sangat perhatian padahal ia punya pacar.
--
Saat di rumah, Bong-soon ditanyai ibunya apakah ia tidur dengan presdir.
Bong-soon berkata ia tidur dengan nyenyak.
Ibu Bong-soon terus menggoda Bong-soon, tapi Bong-soon meyakinkan ibunya bahwa bahwa presir Ahn Min-hyuk hanya suka laki-laki.
Saat Bong-soon pulang sebentar untuk mandi, ia sudah ditelepon bosnya.
Bong-soon makin kesal pada Min-hyuk karena diminta segera kembali ke rumah sakit untuk menemaninya.
--
Bos dari preman-preman yang dipukuli Bong-soon datang ke rumah sakit.
Ia melihat kondisi semua anak buahnya yang babak belur.
Ia tak percaya, mereka dihajar oleh seorang perempuan.
--
Bong-soon kembali ke rumah sakit usai membersihkan diri.
Tapi di tengah jalan, ia bertemu anak SMA yang pernah ditolongnya.
Anak itu meminta Bong-soon datang menghadap ketua geng pelajar.
Ketua geng itu awalnya meremahkan Bong-soon yang hanya seorang perempuan bertubuh mungil.
Namun saat semuanya "diberi pelajaran", preman SMA itu justru bertekuk lutut pada Bong-soon.
Bong-soon menyuruh anak-anak itu memungut sampah.
--
Sesampainya di rumah sakit, Min-hyuk justru mengajak Bong-soon ke suatu tempat.
Sementara itu, Gook-doo menemui Hee Ji dan memberinya cokelat yang manis.
--
Min-hyuk rupanya mengajak Bong-soon ke rumah orang tuanya.
Min-hyuk meminta Bong-soon untuk menganalisis anggota keluarganya, siapa yang kira-kira telah melakukan teror pada Min-hyuk.
Di hadapan istri dan anak-anaknya, ayah Ahn Min-hyuk kemudian menunjuk Ahn Min-hyuk sebagai penerus perusahaannya.
Kakak kedua Min-hyuk langsung memberi selamat, sedangkan kakak pertama dan kakak ketiganya menolak putusan ayah mereka.
Menurut analisisnya, Bong-soon berkata bahwa ayah Min-hyuk lah yang telah menerornya.
Min-hyuk tak percaya analisi Bong-soon begitu saja.
--
Penculikan kedua kembali terjadi di Dobong-dong.
Kali ini korbannya adalah instruktur balet.
Korban diikuti terlebih dahulu hingga pelaku.
Korban kemudian meminta sopir pengganti untuk mengantarnya pulang.
--
Sepulang kerja, Bong-soon bertemu ibunya.
Mereka pun mampir ke apotek karena Bong-soon mengeluh stress dan pusing karena pekerjaannya.
Di apotek, Bong-soon bersenggolan dengan seorang pria yang ia tidak ketahui adalah pelaku penculikan Dobong-dong.
Penculik itu membeli obat, kembali ke mobilnya dan mengenakan topeng.
--
Di rumah, ibu Bong-soon kembali menggoda Bong-soon dan memintanya terus mendekati presdirnya.
Saat Bong-gi bercerita, Bong-soon menginjak kaki presir Ahn hingga jarinya retak, ibu Bong-soon marah.
Bong-gi kemudian menerima telepon dari Hee Ji yang mengajaknya bertemu dan makan siang bersama.
Ibu Bong-soon melarang Bong-gi bertemu dengan seorang wanita yang sudah punya pacar.
Bong-soon kemudian diminta ibunya keluar memberi bir.
--
Korban penculikan tersadar dari tidurnya dan langsung berteriak minta tolong saat dirinya menyadari telah diculik.
Ia berhasil keluar dari mobil, namun si penculik mengikutinya sambil membawa besi.
Si penculik kemudian memukul korbannya dengan tang.
Di saat yang sama, Bong-soon tiba-tiba tertegun dan terdiam.
Ia merasa harus menggunakan kekuatannya sebaik mungkin.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)