3 Fakta Anjing Arya Bimo Berjenis Belgian Malinois, Anjing Tangguh Seharga Ratusan Juta
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah insiden sedang menimpa Bima Aryo, presenter yang saat ini sedang menjadi perbincangan publik.
Bima Aryo menjadi perbincangan publik lantaran anjing miliknya menerkam seorang asisten rumah tangga (ART) di kawasan Cipayung, Jakarta Timur, Jumat (30/8/2019).
Kejadian tersebut berawal saat sang ART, Yayan (35) diminta untuk memberi makan anjing yang bernama Sparta, berjenis Belgian Malimois.
Meski takut, Yayan tetep menjalankan tugasnya sebagai ART.
Ia lalu membuka pintu kandang, tak disangka Sparta langsung menyerangnya.
Sparta menyerang Yayan secara brutal.
Baca: Elza Syarief dan Rekan-rekan Advokatnya Siap Bantu Korban Nikita Mirzani Secara Gratis
Baca: Polisi Tembak Terduga Curanmor di Pontianak, Ini Kronologinya
Yayan terluka di bagian leher, payudara, dan punggung.
Irma Budiani, Kepala Seksi Peternakan dan Kesehatan Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Jakarta Timur, Senin (2/9/2019), dilansir Kompas.com menjelaskan anjing yang diberi nama Sparta itu sudah tiga kali melukai warga.
Pertama kali menyerang kuli bangunan yang sedang bekerja di rumah Bima sekitar satu tahun lalu.
Beberapa bulan kemudian, Sparta dikabarkan kembali menyerang seorang wanita tua hingga luka parah.
"Sekitar delapan bulan yang lalu deh dia gigit lagi, gigit ibu-ibu tua, dikoyak, habis darahnya keluar. Sama yang sekarang yang tewas (Yayan)," ujar Irma.
Setelah kasus pertama, yaitu saat Sparta menyerang kuli bangunan, Sudin KPKP Jakarta Timur pernah mengobservasi Sparta.
Baca: Saat Wajahnya Ruam, Jessica Iskandar Stres Takut Enggak Bisa Kerja
Baca: Cerita Abimana Aryasatya Sebelum Karier Melejit, Sempat Jadi Tukang Cuci Baju Artis Hingga Pengamen
Dari hasil observasi, Sparta negatif rabies.
"Kami pernah observasi, tapi pemiliknya bilang observasi datang saja ke lokasi karena takutnya petugas observasinya yang digigit."
"Makannya petugas kita yang datang ke lokasi untuk observasi selama dua minggu dan sudah diobservasi, (hasilnya) negatif rabies," ujar Irma.
Pasca tewasnya Yayan, petugas Sudin KPKP akan kembali observasi anjing tersebut guna mengetahui apakah anjing itu mengidap rabies atau tidak.
Kemudian Kapolsek Cipayung Kompol Abdul Rasyid mengatakan, pihak keluarga Bima sedang melakukan upaya proses perdamaian dengan keluarga Yayan.
"Itu memang masih dalam tahap pembicaraan untuk melakukan pedamaian. Jadi belum final (damai)," kata Abdul saar dikonfirmasi wartawan, Selasa (3/9/2019).
Ia menjelaskan jika pihak keluarga Bima Aryo telah memberikan santunan sebesar Rp 60 juta kepada keluarga korban.
"Ya masalah damai itu urusan mereka berdua, antara suami korban dengan bapaknya Bima. Yang saya tahu itu dari pemilik anjing sudah memberikan dana sebanyak Rp 60 juta," lanjutnya.
Baca: Fadel Islami Gombali Istrinya Tak Kalah dari Langit dan Laut, Begini Reaksi Muzdalifah
Baca: Viral, Nikah Berkonsep Tanpa Pelaminan, Siti dan Hafiz Habis Uang Tak Sampai Rp 3 Juta untuk Resepsi
Berikut ini beberapa fakta mengenai anjing beligian malinois yang menerkam ART hingga tewas.
1. Anjing tangguh
Beberapa waktu lalu, dilansir dari Kompas.com telah menyambangi Mako Satwa Direktorat Sabhara Polda Metro Jaya.
Kasubnit Satwa Direktorat Sabhara Polda Metro Jaya Ipda M Saragi mengatakan, Belgian Malinois merupakan salah satu jenis anjing yang biasa digunakan sebagai unit k9 atau anjing pelacak bidang kejahatan dan kekerasan atau jatanras, pelacakan bom dan bahan peledak, hingga penguraian massa.
Belgiam Malinois dipilih karena memiliki fisik yang tangkas dan kecerdasan yang mumpuni.
Menurut Saragi, kepintaran seekor anjing sudah terlihat sejak kecil. Anjing yang cerdas akan aktif bergerak saat melihat mainan.
Anjing jenis ini, kata Saragi, dapat berlari dengan kencang dan melumpuhkan musuhnya dengan cepat.
Meski tangkas, menurut penelusuran Kompas.com, Belgian Malinois dapat merusak atau mengembangkan perilaku neurotik jika tidak diberikan stimulasi dan olahraga yang cukup.
Hal ini sering menyebabkan masalah bagi pemilik yang tidak terbiasa dan tidak siap untuk memberikan latihan yang mereka butuhkan atau pekerjaan untuk mereka lakukan.
Baca: Kesaksian Korban Kecelakaan di Tol Cipularang, Tendang Pintu Mobil hingga Dibantu Pegawai Proyek
Baca: Kerukunan Umat Beragama di Desa Terpencil Ini Terpelihara dengan Baik, Gotong Royong Begitu Kuat
2. Mudah Ngambek
Ternyata, Belgian Malinois dan anjing-anjing pelacak lainnya juga bisa mengambek.
Mereka tak seperti robot yang dapat terus bekerja sepanjang waktu mengikuti perintah pawangnya.
Menurut Kanit Satwa Direktorat Sabhara Polda Metro Jaya Iptu Sakiman, para anjing pelacak memiliki sisi sensitif. Mereka bahkan dapat merasakan kegalauan pawangnya.
"Anjing pelacak itu sering ngambek kalau pawangnya juga sedang galau. Mereka bisa merasakan apa yang sedang dirasakan pawangnya," kata Sakiman di Mako Unit K9 Sabhara Polda Metro Jaya, Palmerah, Jakarta Barat, Kamis (3/5/2018).
Menurut Sakiman, para anjing pelacak tak akan menuruti perintah pawangnya jika suasana hati sang pawang sedang kacau.
Karena itu, para pawang harus memiliki keterampilan khusus untuk mengembalikan mood binatang binaannya tersebut.
Menurut dia, menjadi pawang anjing pelacak bukanlah sekadar pekerjaan yang berorientasi pada pendapatan.
Dibutuhkan kebesaran hati untuk memahami dan menerima binatang binaannya sebagai sahabat atau bahkan anak sendiri.
Baca: Resmi Lapor Polisi, Elza Syarief Mengaku Semua Hanya Cari Keuntungan dari Kesengsaraannya
Baca: Mikhayla Cemburu Lihat Adiknya Dapat Pujian, Nia Ramadhani: Tiap Anak Beda-beda Kak
3. Harga capai Rp 176 juta
Sakiman mengatakan, ada sembilan ekor K-9 atau anjing pelacak Polda Metro Jaya yang didatangkan dari Belanda.
"Untuk setiap ekor anjing dari Belanda harganya Rp 176 juta, apapun jenisnya," kata Sakiman.
Sakiman menambahkan, ada berbagai jenis anjing yang didatangkan dari Belanda.
Namun, jenis yang umum digunakan adalah anjing herder dan Belgian Malinois.
Menurut Sakiman, anjing-anjing yang didatangkan dari Belanda merupakan anjing cerdas dan lebih mudah untuk dilatih.
"Kami tidak punya penangkaran anjing. Di Indonesia ada penangkaran, salah satunya di kawasan Puncak Bogor. Tapi biasanya anjing dari Belanda lebih pintar dan mudah dilatih," ujar Sakiman.
(Tribunnews.com/Anugerah Tesa/Kompas.com/Sherly Puspita/ Dean Pahrevi)