News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Di Acara Rosi Kompas TV, Garin Nugroho: Film Selalu Dianggap Panutan Moral, Itu Kesalahan Besar

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tangkap Layar YouTube KompasTV Garin Nugroho di Rosi Kompas TV

Diberitakan Tribunnews sebelumnya, Garin Nugroho mengungkapkan selama 35 tahun berkarya di dunia film, tiga kali memenangkan penghargaan sebagai best director di luar negeri, namun baru kali ini karyanya mendapat penghargaan di dalam negeri.

"Ya ini menyenangkan ya, kalau film terbaik sudah pernah, 'Cinta Sepotong Roti' itu film terbaik, tapi kalau sutradara itu walaupun sudah tiga kali best director di luar negeri tapi di dalam baru pertama kali," ujar Garin.

Menurut Garin Nugroho, FFI layaknya sebuah rumah bagi pembuat film di Indonesia.

Sehingga saat dirinya berhasil memperoleh penghargaan di ajang FFI 2019, itu sangat menyenangkan.

"Ya senang, karena kembali ke rumah sendiri saja, dan memang ditengah situasi kontroversi, oleh karena itu salutlah pada FFI yang berani memilih film ini," jelas garin Nugroho.

Dengan penghargaan itu, Garin menyatakan FFI telah membuka ruang publik untuk mendiskusikan film Kucumbu Tubuh Indahku.

"Artinya berani membuat ruang publik untuk mendiskusikannya dengan tema-tema yang sensitif itu suatu hal yang harus dihargai," ungkapnya.

Diketahui, sebelum penayangannya, film Kucumbu Tubuh Indahku banyak menuai penolakan dari berbagai pihak.

Sebagai sutradara, Garin Nugroho juga memperoleh banyak hujatan.

Bahkan sempat ada petisi untuk menolak penayangan film Kucumbu Tubuh Indahku karena dianggap film LGBT.

Garin Nugroho, menanggapi dengan santai soal pro kontra tersebut, karena dirinya menagakui memang film buatannya hampir semua sensitif.

"Tapi yang paling penting film ini telah lolos sensor, artinya telah memenuhi prosedur hukum, pro kontra adalah biasa tapi yang menentang harus juga melakukan prosedur hukum," papar Garin Nugroho.

Bagi Garin, masyarakat tidak boleh berlaku sebagai pengadilan untuk melarang dan mencegah film ini tayang, karena film ini sudah lolos sensor.

"Kontrovesi dan pro kontra adalah wajar dalam negara demokrasi, tapi masyarakat jangan berperan sebagai lembaga penegak hukum," jelas Garin Nugroho.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani/Nanda Lusiana Saputri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini