Kondisi itu membuat mereka tak mampu membangun rumah yang layak.
Tempat tinggal saat ini dibangun di atas tanah Perhutani.
“Ini pun tanahnya numpang di Perhutani. Untuk memperbaiki, gaji kami tak cukup,” ucapnya.
Dengan kondisi kekurangan, Sri Hartuti tetap melaksanakan kewajibannya untuk mendidik anak-anak di desanya.
Menurutnya banyak warga yang masih buta huruf serta banyak anak yang putus sekolah.
“Pada awal mengajar di sini, anak kelas 4 SD banyak yang tidak bisa membaca. Saya ingin anak anak di sini pandai,” ujarnya.
“Meski keadaan saya begini, saya bangga kalau ada anak didik saya yang tahu lewat di sini menyapa saya. Anak didik saya sudah ada yang jadi polisi, pengusaha, dan banyak juga yang kuliah,” ujarnya terharu.
Camat menangis
Camat Karanganyar Nur Yudhi M Arifin menangis saat mengetahui ada warganya yang berprofesi guru tinggal dengan kambing di tengah hutan jati.
Bahkan ia menyangka rumah pengajar SD Pandean 4 itu adalah kandang kambing.
Baca juga: Nadiem Makarim: Pemerintah Serius Tingkatkan Kesejahteraan Guru Honorer
“Saya pertama melihat langsung tanya ke kepala dusun (Kasun), itu rumah apa seperti kandang kambing karena di depannya memang ada kambing,” ujar Nur Yudhi saat ditemui di rumah Sri Hartuti, Kamis (21/10/2021).
Arifin menambahkan, meski sering berkeliling kampung, dia mengaku baru pertama kali menemukan rumah warganya yang sangat tidak layak huni.
“Saya keliling ke sini karena persentase vaksin di kampung sini hanya 14 persen,” imbuhnya.
Arifin mengaku akan berusaha semampunya membantu Sri Hartuti agar bisa hidup lebih layak.
Apalagi, Sri Hartuti adalah seorang guru yang keberadaannya sangat dibutuhkan.
“Saya merasa jadi camat gagal. Saya akan berusaha membantu sebisanya,” ucap dia dengan mata berkaca-kaca.
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Sosok Sri Hartuti, Guru Ngawi Tidur di Kandang Kambing, 17 Tahun Mengabdi, Bikin Pak Camat Menangis