"Gua ngelamar tiga kantor, yang gua ambil yang consulting, itu perusahaan Amerika."
"Sekarang udah nggak ada, udah diakusisi," jelasnya.
Sebagai lulusan filsafat, kemampuan Dian secara tak langsung agak diragukan.
"Kerjaan gua sebagai anak filsafat dan artis ini yang jujur 'Lu bisanya apa ya?' Ditanya gitu."
"Ya emang bener sih gua juga nggak nyalahin mereka."
"Karena kalau gua ngelihat ada pelamar yang bentukannya kayak gua, gua juga bertanya 'Ini anak bisa kerja apa?'" ujarnya.
Namun, Dian bekerja keras untuk berkontribusi pada kantor tersebut.
"Jadi gua tuh merasa harus belajar dua kali lebih keras untuk bisa membuktikan kalau di luar saya artis, saya bisa tetep berkontribusi kok kepada tim."
"'Ayo, Pak, saya mau belajar'," tuturnya.
Meski menjadi artis, Dian tak diperlakukan secara istimewa.
"Lo ngerasa ada privilege juga nggak sih karena lo artis, dikenal orang?" tanya Desta.
"Justru gua ngerasa bukan privilege, tapi justru kayak cuma penghias gitu lho," papar Dian.
Namun, Dian selalu memikirkan bayinya setelah melahirkan.
"Saat gue kerja di kantor itu, gue sempet nikah juga tahun 2010, terus gue sempet hamil, jadi ada masanya gue hamil-hamil ngantor."