Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ke Huy Quan berhasil membawa pulang Piala Oscar untuk kategori Aktor Pendukung Terbaik lewat film Everything Everywhere All at Once.
Adapun kemenangan ini ia persembahkan untuk sang ibu yang berusia 84 tahun.
"Mamaku sedang menonton di rumah. Mama, aku dapat Oscar!," kata Ka Huy Quan dalam pidato kemenangannya.
Ia pun tak menyangka berhasil membawa pulang Piala Oscar. Sebab mantan aktor cilik ini sempat hampir menyerah pada mimpinya.
Butuh waktu hampir satu dekade untuk Ke Huy Quan bisa mendapat kesempatan terlibat di sebuah film hebat.
"Mimpi adalah sesuatu yang kamu percayai, saya hampir menyerah pada mimpi saya," ujarnya.
"Untuk kalian semua di luar sana, tolong jaga mimpi kalian tetap hidup," lanjutnya.
Baca juga: 7 Momen Oscar 2023: Everything Everywhere All at Once Menang Banyak, Comeback Brendan Fraser
Quan juga mencatatkan sejarah sebagai aktor kelahiran Vietnam pertama yang berhasil membawa pulang Piala Oscar.
"Perjalanan saya dimulai dengan perahu. Saya menghabiskan satu tahun di kamp pengungsi. Dan entah bagaimana, saya berakhir di sini di panggung terbesar Hollywood," ujarnya yang tak kuasa manahan air mata.
"Mereka bilang cerita seperti ini hanya terjadi di film. Aku tidak percaya itu terjadi padaku. Ini ini adalah impian Amerika!" tambahnya.
Hampir frustasi karena tak ada pekerjaan
Ke Huy Quan, pernah ungkap kisah di balik keputusannya kembali ke dunia hiburan.
Bintang film Everything Everywhere All at Once ini merupakan aktor cilik yang memulai karier di usia 12 tahun dan membintangi film Indiana Jones And The Temple of Doom bersama Harrison ford.
Film itu disusu film lain berjudul The Goonies. Orang mungkin berpikir kariernya akan cerah, tapi ternyata sebaliknya.
"Setelah itu, peluang semakin sedikit, dan waktu tunggu semakin lama. Saya masih bekerja, tapi setahun sekali, atau dua tahun sekali," kata Quan dikutip dari Variety.
"Dan perannya semakin kecil. Tidak apa-apa ketika saya masih di sekolah menengah, tetapi begitu saya lulus dan ingin melakukannya penuh waktu, itu menjadi sulit," lanjutnya.
Kurang dari 10 tahun setelah Temple of Doom, dia mendapat tawaran casting dari agensinya, kali ini kembali peran kecil dengan dua kalimat dialog.
Di sana dia harus memperebutkan peran kecil itu bersama 20 orang aktor Asia lainnya, dan akhirnya dia tak dapat peran itu.
"Saya ingat duduk di tepi ranjang saya, membeku. Saya bahkan tidak bisa mendapatkan peran kecil ini. Masa depan terlihat sangat suram," kata Quan.
Quan yang lahir pada tahun 1971 di Vietnam dari orang tua China dan menghabiskan satu tahun bersama keluarganya di kamp pengungsi Hong Kong sebelum tiba di Amerika Serikat pada tahun 1979, mencoba bertahan dua tahun lagi.
Kemudian, pada usia 23 tahun, dia berhenti berakting, menyalahkan dirinya sendiri atas kegagalannya.
"Saya dibesarkan dalam keluarga dengan nilai Tionghoa yang sangat tradisional, tidak pernah menyalahkan siapa pun kecuali diri saya sendiri," katanya.
"Jadi, saya pikir saya tidak cukup tinggi, saya tidak cukup tampan, saya bukan aktor yang cukup baik. Saya tidak memiliki kedewasaan untuk berpikir bahwa mereka tidak menulis peran untuk aktor Asia," sambungnya.
Semua pemikiran atas sebab kegagalannya itu membanjiri otak Quan.
"Semua rasa tidak aman ini mulai membanjiri kepala saya dan saya pikir sayalah masalahnya. Itu adalah periode yang menyakitkan, dan saya sangat tersesat. Saya bingung, saya sengsara, saya sangat putus asa," ucap Quan.
Hidupnya mulai tercerahkan ketika di tahun 2018 dia melihat kesuksesan film Crazy Rich Asians yang dibintangi Contance Wu, Henry Golding dan Michelle Yeoh.
"Saya sedang duduk di teater, berfantasi, berharap saya ada di sana bersama mereka," ujar Quan.
"Saya ingin menjadi aktor lagi," ucapnya di tengah rasa takut atas penolakan setiap kali audisi.
Sampai akhirnya dia diminta audisi untuk film Everything Everywhere All At Once oleh sutradara dan penulis Daniel Kwan dan Daniel Scheinert atau Daniels.
Tapi tidak ada yang terjadi selama dua bulan yang menyiksa.
"Setiap minggu saya akan menelepon agen saya dan saya akan berkata, 'Sudahkah Anda mendengar?' Sekali lagi, saya sedih. Saya putus asa. Istri saya terus berkata, 'Ke, jangan khawatir. Kamu akan mendapatkan ini.' Aku tidak percaya padanya," ucap Quan.
Delapan minggu berlalu, sebelum dia mendapat telepon bahwa Daniels ingin dia mengikuti audisi untuk kedua kalinya.
Seminggu kemudian Quan mendapatkan pekerjaan itu.
"Sebelum hari pertama, saya menyewa pelatih akting, pelatih suara, pelatih dialog, dan pelatih gerakan tubuh, yang membantu saya menciptakan karakter yang berbeda ini."
Namun karena pandemi Covid-19, syuting sempat ditunda dan film itu bahkan baru dirilis pada April 2022, padahal karier Quan sedang dipertaruhkan lewat film itu.
"Saya tidak bisa mendapatkan pekerjaan. Saya mengikuti audisi tetapi tidak ada yang mau mempekerjakan saya," katanya.
Lebih menakutkan lagi karena dengan tidak adanya pekerjaan, asuransi kesehatannya bisa hilang.
"Saya sangat takut akan kehilangan asuransi kesehatan saya karena saya tidak bisa mendapatkan satu pekerjaan pun. Dan benar saja, 2021 datang dan pergi tanpa satu pekerjaan dan saya kehilangan asuransi kesehatan SAG saya," kata Quan.
"Saya sangat putus asa sehingga saya menelepon agen saya, memohon padanya untuk mencarikan saya pekerjaan," imbuhnya.
Hanya saja semua ketakutan Quan itu terbalas, mimpinya untuk menjadi aktor terbayar dengan piala Oscar yang kini didapatnya di tahun 2023 setelah membintangi film tersebut.
Sebelum turun dari panggung, Quan mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Academy dan Hollywood.
"Terima kasih. Terima kasih banyak telah menyambutku kembali," ucapnya.
Quan dinominasikan bersama Judd Hirsch untuk The Fabelmans, Brendan Gleeson untuk The Banshees of Inisherin, Barry Keoghan untuk The Banshees of Inisherin dan Bryan Tyree Henry untuk Causeway.