Meski merasakan sakit saat ditato, Karenina seperti sangat menikmatinya.

Ia juga menunjukkan kehidupannya yang bahagia di postingan-postingan lainnya.

Pada 1 Juli misalnya, Karenina pamer skill yoga. Ia melakukan gerakan headstand atau sirsasana, di mana posisi kepala di bawah dan kaki di atas.

Namun, ia hanya bertahan sebentar di posisi tersebut hingga akhirnya terjatuh. Tawanya pun lepas.

Kebahagiaannya berlanjut, saat ia bermain di bibir pantai.

Karenina berjalan ke laut dan membiarkan tubuhnya dihempas ombak dan terjatuh. Lagi-lagi tawanya lepas. Ia bangkit dan melompat kegirangan.

Sementara di postingan lainnya pada 1 Mei, ia mengunggah video dirinya berlari sambil senyum.

"U better run..no need to sprint,just enjoy every breath & experience..take a breather when u needed too,but i better not catch u standing still," tulisnya sebagai keterangan.

Karenina juga dekat dengan anaknya. Ia memposting kebersamaannya dengan anak laki-lakinya di Instagram.

Bahkan pada keterangan ia mengklaim dirinya sebagai "proud mommy".

Yang jadi pertanyaan, apa alasan Karenina kemudian terjerumus dalam jeratan narkoba jenis ganja?

Peneliti di Institute of Mental Health Addiction and Neuroscience Jakarta, dr Hari Nugroho, MSc, seperti dikutip Kompas.com, menyebut ada beberapa alasan seseorang mengonsumsi ganja.

Satu di antara yang mungkin terhubung dengan Karenina adalah karena mengonsumsi ganja bisa memberi sensasi to feel good.

Maksud dari to feel good, yakni seseorang terdorong memakai ganja karena ingin bersenang-senang.