"Dicekik, ditarik, dan didorong sampai terjatuh dan Safa pingsan, kurang lebih 3-4 menit dan dia hanya menonton, seperti tidak ada penyesalan," ungkap Martin.
Safa Marwah kemudian tersadar bahwa TI tak dapat dimaafkan lagi dan akhirnya ia melapor ke polisi.
"Di situ akhirnya Safa terbuka matanya bahwa laki-laki ini sudah tidak layak lagi untuk dibukakan pintu hati."
"Oleh karena itu, Safa membuat laporan polisi atau pengaduan dan dirujuk untuk visum," tuturnya.
Safa Marwah ingin kasus ini segera diproses dan hingga kini, ia masih takut dan trauma.
"Saya cuma pengin keadilan yang seadil-adilnya, pengen segera diproses saja."
"Saya terpukul, saya masih takut, masih trauma," papar Safa.
Lebih lanjut, Safa Marwah mengaku TI berjanji untuk menikahinya.
Hal itu membuat Safa Marwah memilih sabar meski menjadi korban penganiayaan berulang kali.
"Setiap kekasaran yang dia buat, dia selalu melindungi saya agar tidak nelepon siapa-siapa, tidak lapor siapa-siapa."
"Dia menjanjikan menikahi saya, makanya saya sabar, sabar, sabar, dua tahun hubungannya," imbuhnya.
Safa Marwah mengatakan, dirinya dan TI kerap cekcok karena masalah sepele.
"Hal-hal sepele kita berantem, misalkan dia mau ke mana, saya ingin ikut."
"Biasanya boleh, kok ini nggak boleh," ujarnya.