“Satu kehormatan film ini banyak didukung para senior. Tidak hanya dukungan sebagai pemain, tapi juga saran dan masukan dari para aktor yang expert di bidangnya. Support mereka diharapkan bisa membuat film ini jauh lebih berbobot,” ujar Fadli.
Hanung Bramantyo termasuk sutradara produktif yang banyak menerima penghargaan. Diantaranya adalah Sutradara Terbaik pada Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2018 lewat film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta, dan Sutradara Terpuji pada Festival Film Bandung 2020 lewat film ‘Bumi Manusia.’
Beberapa deretan aktor senior yang terlibat peran dalam film ini juga terbilang banyak mendulang prestasi, seperti Mathias Muchus, Eddie Karsito, Yatti Surachman, Djenar Maesa Ayu, dan Jajang C Noer.
Mathias Muchus, meraih citra sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 1988, dan Pemeran Pendukung Pria Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2011.
Eddie Karsito, menerima penghargaan sebagai Pemeran Pembantu Pria Terpuji Festival Film Bandung (FFB) 2008, dan penghargaan lainnya di Festival Film Jakarta (FFJ) 2007, dan Festival Film Indonesia (FFI) tahun 2006.
Yatti Surachman pernah mendapat penghargaan The Best Actress Festival Film Asia Pasifik (FFAP) tahun 1980.
Djenar Maesa Ayu, meraih penghargaan di ajang apresiasi film Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2016, dan penghargaan sebagai Pemeran Pembantu Wanita Terpuji Film Bioskop Festival Film Bandung (FFB) 2017.
Sementara Jajang C. Noer beberapa kali menerima penghargaan di Festival Film Indonesia (FFI), dan festival lainnya. Antara lain sebagai Pemeran Pendukung Wanita Terbaik FFI 1992, Lifetime Achievement Award pada Indonesian Movie Actors Awards 2019, dan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik FFI 2013.
Film “Sumur Jiwo 1977” disutradarai Egi Fedly, sutradara yang mengawali karirnya sebagai aktor film dan sinetron.
Tidak kurang dari 70 judul film layar lebar pernah dibintangi aktor yang pernah dinominasikan sebagai Pemeran Pendukung Pria Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2018 lewat film “Marlina, Si Pembunuh dalam Empat Babak.”
Baca juga: Film Temurun Jadi Proyek Film Horor Pertama Bryan Domani
Pada saat acara tumpengan tasyakuran dan do'a bersama, Egi Fedly mengatakan, industri film tanah air dapat mengangkat genre atau aliran drama, horor serta komedi (drahorkom) sebagai ciri khas dalam memperkuat film Indonesia.
“Terima kasih Black White Pictures. Kesempatan, kepercayaan dapat menyutadarai film adalah hal yang saya tunggu. Prinsipnya kita berusaha secara kolektif membuat film sebaik mungkin. Kami akan menyajikan horor yang lain. Horor dengan fantasi yang menyenangkan,” ujar Egi Fedly.
Film “Sumur Jiwo 1977” cerita dan skenarionya ditulis oleh Kaka Endi (nama samaran). Kaka Endi juga seorang produser, aktor film dan sinetron yang kiprahnya ikut mewarnai industri perfilman di tanah air.
PT Black White Pictures juga melibatkan komponis Indonesia Embie C. Noer sebagai Penata Musik film ini, dan Timun-kun sebagai Music Composser.