Lelaki kelahiran Pematangsiantar ini mengaku suka memberikan tantangan pada diri sendiri. Ia berusaha menjawab sesuatu yang ia sanksikan. Dia ragukan.
“Pada saat aku masuk ke hutan atau melihat ritual ritual budaya yang ada di Sihaporas, aku mencoba untuk kaki ayam (nyeker, tanpa alas kaki), tanpa memakai sepatu atau sandal. Kenapa?"
"Karena aku berpikir, benar nggak ya, aku dijagain?"
"Jawabannnya benar."
"Pada saat aku masuk ke dalam hutan, yang belukarnya luar biasa, tak satu pun ada duri melukai badan maupun kaki ku."
"Bahkan, satu biji pasir pun tidak ada yang kurasakan sakit terkena kakiku,” kata Guido yang bersama band Punxgoaran menulis dan memopulerkan lagu Sayur Kol.
Ia melanjutkan, “Biasanya jika kita masuk ke hutan, kita pasti tertusuk duri. Ini sama sekali tidak ada."
"Inilah yang kurasakan, dan aku bisa pastikan bahwasanya situasi di tempat itu menjaga aku,” katanya.
Demikian juga saat berencana membaut video klip. “Kami disambut masyarakat Sihaporas, seperti memperlakukan raja."
"Saat untuk membuat konten pribadi, membuat single, saya tidak pernah merasakan hal aneh seperti itu."
"Saya bisa jamin, ini bukan gimmick ya. Sungguh luar biasa."
"Kemudian saya mengunggah lagu single pertamaku ini pada akun YouTube mulai dari nol, baru satu hari sudah 156 subscriber dan penonton lebih dari seribu viewers. Ini luaar biasa. Itulah kisah di balik single,” kata Guido.
Baca juga: Komnas HAM Dorong Polisi Tangani Kasus Masyarakat Adat di Sihaporas lewat Restoratif Justice
Guido juga menuturkan, merasakan campur tangan Tuhan.
“Saya merasakan seperti dituntun. Dan sampai hari ini, merasa seperti dituntun pada dimensi baik. Untuk tetap menyuarakan kebenaran. Konsisten berjuang."