News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Icuk Sugiarto: Sayang Kalau Pelita Bakrie Harus Bubar

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aburizal Bakrie dan Icuk Sugiarto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kegalauan terus mendera Icuk Sugiarto. Pemegang gelar tunggal putra Kejuaraan Dunia Bulutangkis 1983, Kopenhagen, Denmark, itu sangat mengkhawatirkan masa depan klub Pelita Bakrie yang sudah dikelolanya lebih dari 20 tahun ini. Icuk merisaukan kelanjutan proses pembinaan di klub yang sudah melahirkan banyak juara nasional bulutangkis tersebut, termasuk putranya sendiri Tommy Sugiarto yang kini menempati peringkat tujuh dunia.

"Terus terang, saya sendiri sudah hampir nggak kuat. Sangat disayangkan kalau klub sebesar Pelita Bakrie ini harus bubar ditengah jalan karena kurangnya perhatian," kata Icuk, yang mengakui kalau hampir setahun ini sudah tidak lagi mendapat 'subsidi' .

"Bantuan yang saya peroleh sendiri sebenarnya tidak seberapa, itu bahkan bisa dibilang sebagai gaji saya," ujarnya.

Klub Pelita Bakrie didirikan 1986 oleh Ir.Aburizal Bakrie yang kala itu menjadi ketua bidang dana PB PBSI. Keberadaan klub Pelita Jaya (namanya semula) menyentak jagat bulutangkis nasional karena begitu diresmikan sudah langsung memiliki gedung sendiri, walau dibangun atas dasar kerjasama build-operation & transfer (BOT) dengan pihak PLN Duri Kosambi, Rawa Buaya, selama 30 tahun. Pada 2016, gedung bulutangkis dengan delapan lapangan tersebut akan resmi menjadi milik PLN Duri Kosambi. Ini juga yang juga yang menambah kerisauan Icuk.

"Bagaimana kedepannya, saya nggak tahu. Akan tetapi tentu saja saya tidak dapat mengharapkan kebaikan hati pihak PLN sementara dari pihak kita sendiri tidak ada perhatian," ungkap Icuk.

"Banyak orang bilang klub Pelita Bakrie ini bisa bertahan hanya karena loyalitas seorang icuk Sugiarto kepada bapak Aburizal Bakrie. Saya cuma tersenyum kalau mendengar itu, tetapi saya kira itu cermin keprihatinan mereka," jelas Icuk, yang 'berdarah-darah' dalam membesarkan dan mempertahankan klub ini.

"Kalau pak Ical (sapaan akrab Aburizal Bakrie) menyempatkan diri berkunjung ke gedung Pelita Bakrie sekarang ini, mungkin beliau akan terkaget-kaget. Saya merawat gedung ini dengan sepenuh hati saya, bahkan dengan memasangkan sendiri karpet senilai Rp 600 juta," papar Icuk.

Icuk menyesalkan jika akhirnya klub Pelita Bakrie ini harus bubar karena sewaktu-waktu ia tak sanggup lagi mendanainya, mengingat semakin besarnya dana yang harus dikeluarkan untuk menunjang proses pelatihan dan pembinaan hampir 90 pemain muda dari berbakat dari berbagai daerah, yang sebagian besar berasal dari keluarga tidak mampu. 'Sekarang saya punya 11-13 pemain tunggal putra untuk tingkat nasional. Mereka siap mengikuti jejak Tommy. Begitu juga di nomor-nomor lainnya," kata Icuk. Anak bungsunya, Jauza Fadhilla Sugiarto yang kelahiran 1999, paling menonjol di kelompok putri. Jauza kerap merebut gelar di kompetisi kelompok usia diatasnya, termasuk dengan menggondol tiga medali emas di kejuaraan bulutangkis Porprov DKI, pekan lalu.

"Rasanya apa pun sudah saya korbankan untuk mempertahankan klub ini," ujar Icuk, sembari mencontohkan sebagian dari rumah anak pertamanya Nastassia Octaviani Sugiarto yang dijadikan mess bagi pemain putri.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini