Baca tanpa iklan
TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Boleh jadi pacuan kuda terbilang jenis olahraga yang kurang populer di Indonesia.
Padahal, pacuan kuda termasuk sudah demikian 'membumi' di tanah air. Buktinya, pacuan kuda sebagai dimainkan di banyak daerah di Indonesia. Pacuan kuda tak hanya menjadi olahraga, sekaligus juga sebuah sarana yang efektif untuk menghibur.
Tak mengherankan jika PP Pordasi (yang memayungi disiplin berkuda ketangkasan/equestrian, pacuan, polo dan peternakan kuda) memiliki lebih dari 20 agenda kejuaraan berkuda pacuan setiap tahunnya.
Itu tak termasuk berbagai event pacuan yang lebih bersifat tradisional dan digelar di banyak daerah.
Walau demikian, kuda-kuda pacu Indonesia (yang sebagian juga hasil perkawinan silang dengan keturunan kuda-kuda pacu tangguh dari luar negeri) memang masih belum bisa diandalkan untuk dilombakan di event internasional.
Oleh karena itu, untuk memenuhi hasrat dan antusiasme meningkatkan ferforma penggiat olahraga berkuda Indonesia di mancanegara, menghadirkan kuda-kuda keturunan yang piawai adalah salah satu jawabannya.
Hal inilah yang dilakukan beberapa 'stakeholder' berkuda Indonesia, sehubungan dengan keikutsertaan atau partisipasi mereka di sebuah kejuaraan pacuan bergengsi di Singapura akhir pekan kemarin.
"Ada beberapa kuda sindikasi (milik bersama/lebih dari satu orang) yang tampil di kejuaraan Singapura itu," ungkap Ketua Umun PP Pordasi, H.Mohammad Chaidir Saddak.
"Ada kuda sindikasi sama pak Untung Juesoef dan pak Bahar. Punya pak Untung Joesoef Bhaskara, Lizas, Pusaka, dan Jawara. Tetapi, Jawara juga syndication dengan Alexandra Asmasoebrata," papar Eddy Saddak, nama populer dari pemilik Aragon Horse Racing &Kuda Sindikasi sm Pak Untung dan.
Equestrian Sport, Lembang, Jabar, itu. tb