TRIBUNNEWS.COM - Tubuhnya berotot dan warna kulitnya legam. Sehingga petenis asal Amerika Serikat itu terkesan seperti laki-laki. Dia adalah Serena Williams.
Petenis berusia 35 tahun tersebut kerap mendapatkan pelecehan gender akibat kondisi fisiknya tersebut.
Merasa tak nyaman dengan perlakukan tersebut, peraih 23 grand slam tersebut terjun dalam gerakan hak-hak perempuan di dunia olahraga.
Serena terjun dalam gerakan tersebut, karena pelecehan gender masih marak dalam olahraga.
"Jika saya seorang pria, maka saya dalam percakapan yang lama. Seperti, enam, tujuh atau delapan tahun lalu. Saya aktif menyuarakan hak-hak perempuan, karena saya berpikir bahwa akan hilang dalam warna, atau hilang dalam budaya," kata Serena
Peraih enam kali juara Australia Terbuka itu menyatakan bahwa ia tergerak untuk mengkampanyekan kesetaran gender, karena pelecehan terhadap kaum perempuan di dunia olahraga kerap dilakukan secara terang-terangan.
"Saya juga terdorong untuk mengkritisi pelecahan yang dialami warga Amerika yang merupakan perempuan keturunan Afrika Amerika. Mereka kerap mendapatkan pelecehan rasial," ujar Serena.
Untuk terjun sebagai aktivis perempuan, lanjutnya, Serena memberanikan dirinya terjun ke lapangan.
Melalui senyuman ia berusaha menyadarkan masyarakat bahwa warna kulit tidak menjadi indikator kesamaan derajat.
Baca Selengkapnya Hanya di KORAN SUPER BALL, Kamis (29/12/2016)