Meskipun demikian, apa yang diucapkan Paolo Ciabatti adalah sebuah fakta.
Kebenarannya, sejak MotoGP musim 2013 hingga 2019, Super Marc membukukan 6 kali juara dunia dari 7 kemungkinan ia meraihnya.
Dominasi rider asal Spanyol tersebut terhenti satu kali di musim 2015, mana kala Jorge Lorenzo memberikan 'iklan' tatkala kejenuhan akan dominasi Super Marc.
Selain itu, dalam beberapa musim terakhir memang Ducati dan Repsol Honda bersaing ketat dalam perebutan gelar juara dunia maupun dari sistem pengembangan motornya.
ucati mulai kompetitif di grid depan setidaknya dari 2016, di mana Dovizioso selalu memberikan tekanan dalam perebutan puncak podium bagi Marc Marquez.
Selain itu, Ducati dalam 2 hingga 3 musim terakhir merubah motornya menjadi Desmosedici yang memiliki keunggulan dalam sisi kecepatan trek lurus.
Di mana kelebihan tersebut sebelumnya dimiliki oleh Respol Honda.
Disinggung mengenai kontyrak jangka panjang yang diberikan Repsol Honda kepada Marc Marquez, Ciabatti mengaku terkejut.
"Itu bukan standar yang baru, meskipun demikia keputusan tersebut tentu sangat mengejutkan dan langkah yang ebrnai dari Honda."
"Mereka membuat keputusan untuk memeprtahankan rider satu-satunya yang memberikan jaminan kemenangan paling tinggi," ucapnya menambahkan.
Musim ini, Ducati sendiri memiliki pekerjaan rumah untuk memberikan kejelasan kontrak kepada Andrea Dovizioso.
Pasalnya kerjasama antara rider Italia dengan Ducati akan berkahir pada akhir musim ini.
(Tribunnews.com/Giri)