"Bagaimana tidak? pertama kali saya tahu berita tentang degradasi melalui koran, beberapa hari saya tunggu tidak ada pembicaraan dari pengurus" herannya.
Lebih lanjut, Sony Dwi Kuncoro bercerita tentang usahanya untuk mendapatkan surat keluar dari pelatnas.
Hingga pada akhirnya ia mendapatkan surat tersebut.
Hanya saja, pria yang kini berusia 35 tahun itu mendapatkan surat tersebut dari karyawan bukan pengurus.
Atas berbagai hal yang kurang elok tersebut.
Baca: Terungkap, Sikap Tontowi Ahmad Saat Sering Kena Semprot Liliyana Natsir di Lapangan
Baca: Soal Status Magang Tontowi Ahmad, Richard Mainaky: Kami Maunya Dia Utama, Tapi. . . .
Sony Dwi Kuncoro secara terbuka berharap pihak federasi bulu tangkis Indonesia yang kini dipimpin Wiranto tersebut bisa lebih menghargai atletnya.
Hal itu dikarenakan para atlet bulu tangkis sudah harus memilih jalan hidup yang berbeda dengan lainnya dengan menekuni olahraga tepok bulu.
"Karena atlet mulai kecil mereka memilih menjalani hidup di badminton, meninggalkan sekolah, keluarga dan kesempatan bermainnya," ungkap mantan pebulu tangkis yang pernah menduduki ranking tiga dunia tersebut.
"Atlet juga punya keluarga, orang tua yang setiap hari mendoakan anaknya untuk jadi juara," harapnya.
"Regenerasi pasti akan selalu ada, di perusahaan besar pun akan regenerasi. tapi sebaiknya PBSI menghargai atlet (Pahlawan Indonesia)," tegasnya.
Sony Dwi Kuncoro mengibaratkan seperti karyawan sebuah perusahaan yang dikeluarkan saja terkadang diperlakukan dengan sopan.
Ditambah mengusung sikap manusiawi, hal itulah yang diharapkan Sony Dwi Kuncoro dalam penanganan atlet juga.
(Tribunnews/Dwi Setiawan)