Ia menjabat sebagai ketua PBSI mulai dari 1952 hingga 1963 dan 1967 hingga 1981.
Dick Sudirman juga tercatat pernah memegang jabatan wakil presiden Federasi Bulu Tangkis Internasional atau International Badmiton Federation (IBF).
Tidak hanya itu, kontribusi Dick Sudirman terhadap dunia bulu tangkis dunia sangatlah besar.
Pasalnya, ia memiliki peran penting dalam membantu penyatuan dua organisasi bulu tangkis dunia, IBF dan WBF (World Badminton Federation).
Pada 1978, WBF memisahkan diri dari IBF sehingga ada dua organisasi bulu tangkis dunia yang berjalan bersamaan.
Pada 1979, Sudirman menjadi pelopor pertemuan informal kedua organisasi itu di Bandung.
Ia pun mencari jalan keluar agar dua organisasi bulu tangkis itu bisa bersatu, termasuk menggelar pertandingan persahabatan antara pemain dari kedua federasi.
Usulan Sudirman diterima dan menjadi dasar rekonsiliasi IBF dan WBF.
Tepat pada 28 Mei 1981, kedua badan itu bersatu dan kini dikenal sebagai BWF.
Setelah Sudirman wafat karena penyakit yang ia derita pada 1986, teman lamanya dan Wakil Ketua PBSI Suharso Suhandinata mengirim surat kepada Presiden IBF Arthur Jones untuk membuat kompetisi sebagai tanda penghormatan untuk Sudirman.
Gagasan Suharso itu kemudian didiskusikan pada pertemuan Dewan IBF pada 1986.
Selanjutnya, pada 1988 IBF membuka kemungkinan mengadakan kejuaraan beregu campuran dunia dan menerima tawaran Indonesia sebagai tuan rumah.
Karena kalender turnamen yang begitu ketat, Dewan IBF memutuskan bahwa kejuaraan yang diberi nama Piala Sudirman atau Sudirman Cup itu digelar bersamaan dengan Kejuaraan Dunia.
Dari kompetisi 1989 Piala Sudirman lahir untuk pertama kalinya.
(Tribunnews.com/Dwi Setiawan, Laura Hilmi)
Berita lainnya terkait Piala Sudirman.