TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Perhatian masyarakat terhadap olahraga tenis meja Indonesia cukup tinggi. Mereka ingin dualisme segera diakhiri supaya tenis meja Tanah Air kembali bergeliat.
Ini ditandai dengan munculnya petisi "Akhiri Dualisme Kepengurusan PTMSI dengan Segera" di Change.org yang dibuat Lilik Hanafi pada Rabu, 6 April 2022.
Hingga Sabtu (9/4/2022) malam atau baru tiga hari sudah mencapai 1.340 orang dan masih terus berjalan.
Petisi yang dibuat Lilik Hanafi tersebut juga ditujukan kepada para pemangku kepentingan di negeri ini, yaitu Presiden RI, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Komisi X DPR RI, Ketua Umum KONI Pusat, Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Lilik Hanafi menyebut pada petisinya, bahwa pada 6 April, oleh International Table Tennis Federation (ITTF) sejak tahun 2015 ditetapkan sebagai World Table Tennis Day, atau Hari Tenis Meja Sedunia.
Satu hari untuk merayakan kecintaan kepada olahraga tenis meja dengan bergembira dan sukacita. Namun bagi pegiat dan pecinta tenis meja di Indonesia, kita tidak dapat sepenuhnya menikmati kegembiraan perayaan tahunan ini, mengingat bayangan kondisi suram tenis meja Indonesia yang telah berlangsung 11 tahun lamanya karena konflik organisasi PTMSI.
Teranyar Timnas Tenis Meja Indonesia kembali tidak dikirimkan pada ajang SEA Games Vietnam bulan Mei nanti, menyusul absennya tenis meja pada PON 2020, dan SEA Games 2019, sebagai dampak dari dualisme kepengurusan PTMSI.
"Untuk itu, saya mengajak seluruh pegiat tenis meja di seluruh Tanah Air untuk bersuara pada momen perayaan Hari Tenis Meja Sedunia, kita sampaikan tuntutan kepada Presiden Joko Widodo, Menpora Zainudin Amali, Ketua Umum KONI Pusat, Ketua KOI, kedua kubu PTMSI baik PP PTMSI pimpinan Bp. Komjen. Pol. (Purn) Oegroseno, maupun PB PTMSI pimpinan Bp. Peter Layardi untuk mengakhiri konflik organisasi PTMSI yang sudah berlangsung lebih dari 10 tahun ini, dan mencari solusi final dan mengikat, serta memberikan kejelasan bagi segenap pemangku kepentingan tenis meja Indonesia," kata Lilik Hanafi.
Secara khusus, Lilik Hanafi juga mendedikasikan petisi ini yang pertama untuk seorang anak yang dia kenal, yang harus berjalan kaki 2 jam ke tempat latihan demi cita-citanya menjadi atlet tenis meja.
Yang kedua, kepada seluruh atlet tenis meja yang telah berjuang dengan cucuran keringat dan air mata sampai di level tertinggi nasional, namun terhambat untuk membela negara Indonesia tercinta di ajang internasional.
Yang ketiga, kepada seluruh pegiat tenis meja, pemilik klub, pelatih, pembina, dan orang tua yang telah mencurahkan tenaga, pikiran, waktu, dan materi untuk pembinaan tenis meja dan membuat tenis meja tetap bergaung, di tengah bisingnya konflik yang membela ego dan kepentingan pihak-pihak yang bertikai.
"Saatnya kita bersuara agar didengar oleh petinggi olahraga dan pemimpin negeri ini. Saatnya kita bersuara agar konflik ini segera mendapat penyelesaian pasti. Saatnya kita bersuara demi masa depan anak-anak kita yang bercita-cita mengharumkan nama negara melalui tenis meja," ungkapnya.
Petisi: https://www.change.org/p/akhiri-dualisme-kepengurusan-ptmsi-dengan-segera?redirect=false