Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua tim review PPON, Prof. Asmawi menegaskan pemilihan 31 cabang olahraga plus terbaru tim futsal putra ke SEA Games Vietnam telah dilihat secara detail terutama dari track record prestasi atlet tersebut.
Total ada 476 atlet ditambah atlet dari Tim Futsal Putra yang berangkat ke SEA Games Vietnam.
Keberangkatan kontingen Indonesia ke SEA Games yang ditentukan tim review pun sempat menimbulkan polemik, pasalnya ada cabor dan atlet yang tak diberangkatkan.
Terbaru atlet senam ritmik Indonesia Sutjiati Narendra yang mendadak viral karena tak dikirim ke SEA Games Vietnam dan sempat menuliskan surat terbuka pada akun media sosialnya.
Hal itu pun menarik simpati dari Warganet yang akhirnya turut mempertanyakan mekanisme keberangkatan atlet ke SEA Games Vietnam.
Asmawi pun kembali membeberkan alasan pihaknya tak memberangkatkan Sutjiati.
“Kemudian ramai di Media tentang senam, kami punya ukuran, punya patokan bahwa atlet yang disebutkan itu tidak mendapatkan rekomendasi dari PBnya (Persani),” kata Asmawi di Menara Peninsula, Jakarta, Jumat (22/4/2022).
“Kedua rankingnya jauh untuk ASEAN. kalah dari Thailand, Malaysia, Filipina jadi kami tidak berani memberangkatkan karena di SEA Games diharapkan bisa membawa medali baik perak maupun perunggu, khususnya medali emas,” sambungnya.
Pertimbangan tim review PPON jelang SEA Games ini juga harus semakin presisi.
Pasalnya, nomor senam ritmik kali ini berkurang, Hanya ada satu emas yang diperebutkan dari kategori serba bisa. Berbeda dengan SEA Games Manila yang mempertandingkan lima nomor.
Asmawi juga mengacu kepada keputusan PP Persani. Pasalnya, induk senam di Indonesia itu pun tak mengajukan nama Sutjiati Narendra untuk direview.
"Persani tidak mengajukan nama tersebut, bahkan jika kita melihat pencapaian terakhirnya di ajang internasional hasilnya jauh sekali rangkingnya, apalagi jika merujuk hasil di Rusia lalu, hanya mampu berada di posisi ke-47, sehingga belum bisa bersaing dengan atlet Asia Tenggara lainnya," beber Asmawi.
"Kalau catatannya terlalu jauh, walaupun juara PON, bagaimana mau bersaing. Karena itu, hasil PON itu bukan menjadi parameter dan belum tentu hebat di PON kemudian bisa bersaing di level Asia Tenggara," tegasnya.