Mereka tinggal di rumahnya yang atapnya nyaris roboh.
Bahkan, kamar utama yang dahulu tempat orangtuanya istirahat sudah roboh.
Pada kamar yang berada di posisi depan itu sudah tak beratap alias roboh.
Selain itu, perkakas berantakan di sejumlah ruang dan sudut rumah.
Tiang-tiang penyangga rumah itu sudah lapuk sehingga dikhawatirkan bisa tumbang.
Karena itu, Rheza dan kedua adiknya merasa was-was menempati rumah peninggalan kedua orangtuanya tersebut.
Tidak hanya itu, pada beberapa bagian atas rumah, Rheza menutup genteng dengan terpal. Sehingga tidak bocor tatkala diguyur hujan.
"Ngeri juga sih kalau terjadi angin dan hujan gede (besar). Yang ditakutin hujannya itu mengenai kayu-kayu yang sudah kena rayap, lalu keropos," kata Rheza.
Selain itu, setiap turun hujan Rheza selalu menelepon adik-adiknya untuk menanyakan kondisi rumah.
Bahkan, ia selalu mengingatkan adik-adiknya untuk waspada dan menjaga diri di rumah.
"Impian memperbaiki pasti ada, namun biaya tak cukup, karena yang ada ini masih untuk kehidupan sehari-hari. Boleh di bilang, yang ada ini pun terpaksa dicukup-cukup kan agar bisa makan," ujarnya.
Sedari SMP Sudah Jadi Atlet
Rheza mengisahkan dahulu tercatat sebagai atlet tinju amatir asal Serpong, Tangerang Selatan.
Ia lahir di Jalan Raya Serpong, depan Gang Warga RT2, RW2 nomor-14 pada 9 April 2000.