TRIBUNNEWS.COM - Petinggi Aprilia dan Yamaha dibuat geram atas polemik sanksi Marc Marquez yang pada MotoGP 2023 bak menjadi bola panas.
Sebagaimana yang diketahui, pengadilan banding FIM MotoGP mengabulkan penundaan sanksi double long lap penalty Marc Marquez yang diajukan oleh Repsol Honda, menyusul kecelakaan yang melibatkan dirinya dan Miguel Oliveira pada seri pembuka GP Portugal.
FIM merilis pernyataan pertama terkait kasus Marc Marquez (Repsol Honda Team) yang saat ini sedang dalam proses di pengadilan banding MotoGP.
Baca juga: Jadwal MotoGP Spanyol 2023 & Jam Tayang Trans7: Saatnya Bagnaia Bayar Kesalahan di Jerez
Singkatnya, juara dunia delapan kali itu tidak harus menjalani hukuman double long lap penalty saat dirinya kembali tampil, sampai ada keputusan akhir atas banding tersebut.
Ini yang kemudian memicu reaksi keras dari sejumlah kalangan di garasi MotoGP 2023.
CEO Aprilia Massimo Rivola menjadi sosok yang paling vokal menyuarakan ketidakpuasan atas kondisi kini.
Seharusnya pengadilan FIM secara tegas mengambil keputusan untuk sanksi tetap diberlakukan kepada Marc Marquez. Karena pada dasarnya siapa yang salah akan dihukum.
Rivola mengacu kepada format baru balapan MotoGP 2023 di mana sesi Sprint Race dinilai menghadirkan tingkat risiko tinggi saat race.
"Siapa pun yang melakukan kesalahan harus dihukum dan siapa pun yang dihukum harus kompeten dan parah, terutama dengan format balapan baru ini," buka CEO Aprilia Racing, dikutip dari laman Motosan.
Massimo Rivola mengingatkan agar FIM mengambil langkah tegas dan tepat. Jika tidak, bukan tak mungkin di pertengahan musim nanti MotoGP 2023 hanya menjadi persaingan bagi sesama rider penguji yang tampil sebagai pembalap pengganti.
Tidak adanya hukuman yang memberikan efek jera, dapat menjadi kiblat bagi para rider tampil di luar kontrol saat balapan.
"Jika ada lima pembalap yang hilang di balapan mendatang, kami berisiko pada pertengahan musim hanya pembalap penguji yang akan balapan," sambungnya.
Keberatan serupa juga disampaikan oleh bos Monster Energy Yamaha, Lin Jarvis.
"Saya tidak mengerti dengan situasi ini. Yang pasti, hukuman harus tetap berlaku," terangnya menambahkan.