TRIBUNNEWS.COM - Tingginya presentase kecelakaan pada lima balapan awal mengubah kejuaraan dunia MotoGP 2023 seperti arena tempur bagi para gladiator.
Marc Marquez, Enea Bastianini, Pol Espargaro hingga Luca Marini menjadi segelintir pembalap yang merasakan bagaimana kerasnya persaingan di MotoGP 2023.
Di balik keseruan balapan ekstra alias Sprint Race di MotoGP 2023, meninggalkan kesan negatif dengan banyaknya insiden kecelakaan yang menimpa pembalap.
Tidak bisa dipungkiri, hadirnya Sprint Race di MotoGP 2023 meningkatkan animo penonton.
Baca juga: Jadwal MotoGP Italia 2023 Live Trans7: Tekad Fabio Quartararo Tak Didukung Taji M1
Gagasan Dorna meniru balapan ekstra dari World Superbike (WSBK) maupun Formula 1 (F1) untuk kembali mengkatrol popularitas MotoGP perlahan membuahkan hasil.
Sprint Race memang berbeda jika dibanding dengan main race di MotoGP.
Selain soal pembagian perolehan poin bagi para pembalap dan hanya melangsungkan setengah putaran dari jumlah balapan utama, yang paling disorot ialah aki para pembalap.
Dengan jumlah lap yang lebih sedikit dari main race, para rider bakal menguntir gasnya semaksimal mungkin sejak awal race.
Pun dengan penggunaan ban bisa lebih 'boros' ketimbang main race yang menuntut para rider lebih pintar dalam mengatur tingkat keausan.
Tampil tancap gas sejak awal membuat potensi singgungan sejak race awal semakin besar. Dan inilah yang menjadi sisi negatif dari Sprint Race MotoGP 2023 karena presentase kecelakaan yang meningkat drastis.
Dirangkum dari laman Speedweek, dalam lima seri awal MotoGP 2023 yang sudah berjalan, total ada 278 crash dengan 114 kali terjadi khusus di kelas premier saja.
Jumlah tersebut juga unggul jauh dari kelas Moto2 dengan 77 kecelakaan, juga dengan Moto3 yang terjadi crash 87 kali.
Merujuk kepada data tersebut, dalam setiap seri ada 22,8 kali insiden yang terjadi di kelas premier dan itu angka yang cukup besar.
Apalagi jika dibandingkan dengan rasio crash pada 20 seri yang digelar di MotoGP 2022, yang angkanya di 16,7 kali di setiap sirkuit.