Kemudian pada AVC Champioship edisi 2009, Kazakhstan kembali mempertahankan dominasinya dengan menggasak Timnas voli putra Indonesia 3-0.
Saat itu skuad Merah Putih diperkuat oleh pemain kenamaan seperti Ayip Rizal, Rudi Tirtana hingga Affan Priyo Wicaksono.
Berselang 8 musim di kejuaraan voli yang sama, giliran Timnas voli putra Indonesia sukses menggilas Kazakhstan 3-2. Nama-nama pemain seperti Sigit Ardian, Rivan Nurmulki dan Dio Zulfikri menjadi bagian skuad saat itu.
Artinya, secara dominasi, Indonesia juga tak kalah atas Kazakhstan dalam setiap pertandingannya.
Menggunakan kemenangan 3-2 atas Bahrain sebagai kaca benggala, Timnas voli putra Indonesia memang memiliki sejumlah catatan.
Pertama, Farhan Halim dan kolega memang cenderung telat panas. Terbukti pada pertandingan tersebut, skuad asuhan Jeff Jiang Jie ini selalu tertinggal lebih dulu sebelum akhirnya mampu melakukan epic comeback.
Hal tersebut yang seharusnya coba dihindari oleh Indonesia ketika menghadapi Kazakhstan.
Dan yang paling krusial ialah hantaran bola pertama kepada tosser menjadi kunci.
Libero ataupun pemain Indonesia yang kali pertama melakukan passing menjadi titik krusial dalam permainan. Jika bola yang diberikan kepada setter bagus, maka Dio maupun Nizar jelas tak akan kesulitan untuk mengkreasikan dalam bentuk serangan yang atraktif.
Namun jika sebaliknya, maka opsi serangan sudah bisa ditebak, yakni open spike.
Kemudian dari segi block, Timnas voli putra Indonesia menunjukkan kesolidannya saat menghadapi Bahrain. Akan tetapi tidak ada salahnya jika Hendra Kurniawan cs menggalang block lebih ketat dari laga sebelumnya.
Manajer timnas voli putra Indonesia, Loudry Maspaitella, pun mengatakan hal yang sama.
Tim lawan memiliki postur yang tinggi dan menang dalam hal power pukulan smes.
Namun skuad Timnas voli putra Indonesia juga memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas permainan.